Warga Lombok, khususnya wilayah perairan Lombok Selatan, mendadak resah. Penyebabnya adalah hasil riset yang dilakukan pakar Geologi dan Kegempaan dari Universitas Brigham Young Univesity, Utah, Amerika Serikat, Prof Ron Harris.
Harris mengaku telah melakukan riset bersama 11 tim dari berbagai universitas di Amerika. Hasil riset mereka menunjukkan adanya pergerakan zona subduksi di wilayah perairan Lombok Selatan.
Dia memprediksi bakal ada gempa megathrust berkekuatan 9 magnitudo yang terjadi. Namun, dia belum bisa memastikan apakah hal itu terjadi di Lombok, Bali atau pulau Jawa.
"Namun kalau itu terjadi, dampak pasti ada. Kalau itu terjadi tsunami," ujar Harris dalam seminar manajemen kebencanaan yang dilaksakan di Universitas Nahdatul Ulama (NU) NTB di Mataram.
Harris menambahkan, bila lempeng Lombok tak bisa menahan tekanan dari lempeng Indo-Australia, maka bukan hanya saja gempa berkekuatan besar yang mengancam. Dia juga memprediksi bakal terjadi tsunami setinggi 20 meter.
Tak Bisa Diprediksi Kapan
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mataram Agus Riyanto berpendapat yang sama dengan Harris. Namun, dia mengaku tak tahu kapan itu akan terjadi.
"Bahkan teknologi secanggih apapun tidak bisa memprediksi dan mengetahui kapan akan terjadi gempa itu," katanya.
Namun, Agus memprediksi wilayah yang akan terkena imbas tsunami setinggi 20 meter berada di perairan Kuta, Awang, Selong Blanak, Lombok Barat dan Mataram. Untuk wilayah Kota Mataram, jelas Agus, imbasnya hanya mencapai 2 kilometer.
"Kalau selatan kurang lebih 3-5 kilometer rendaman tsunaminya, termasuk rendamannya mengenai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika," ujarnya.
Warga Lombok Gelisah
Hasil riset dari Harris dan prediksi BMKG membuat warga Lombok resah. Mereka mengaku masih trauma dengan gempa yang tahun lalu menerpa daerah mereka.
Warga Kota Mataram, Ropiah mengaku menyesalkan pemberitaan soal gempa dan tsunami besar yang kemungkinan melanda tempat tinggalnya. Menurutnya, info itu membuat masyarakat gelisah.
"Kami sudah tenang-tenang dan mulai memperbaiki rumah yang rusak akibat gempa, kini sudah ada informasi potensi gempa lagi," katanya.