Kepergian Presiden ke-3 Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf (B.J) Habibie meninggalkan kesan mendalam bagi banyak orang. Indonesia bukan hanya kehilangan sosok pemimpin yang cerdas, tapi juga pribadi santun dan ramah.
Berkaitan dengan sosok B.J Habibie, pada Kamis (12/9), seorang mahasiswa Technical University of Munich, Jerman bernama Naufal Pratama menceritakan pertemuan dengan B.J Habibie melalui akun Twitter-nya palthama.
Dalam cuitannya itu, Naufal menuliskan cerita di sebuah toko yang menjual barang-barang dari Asia di Jerman. Sore itu, tepatnya sekitar sepuluh bulan lalu, Naufal sedang sibuk memasukkan mie instan dan santan ke keranjang belanja ketika dia mendengar seseorang menyapanya.
Satu sore di toko Asia, saya lagi sibuk masukin indomie dan santan ke keranjang belanja ketika saya mendengar seseorang menyapa saya
— naufal prathama (@palthama) September 12, 2019
“Halo, kamu orang Indo ya? Kenalin, saya Habibie. Tapi biasanya saya dipanggil Eyang”
Detik itu juga, Naufal mengaku langsung merinding karena ternyata seseorang yang menyapanya itu adalah sosok panutannya selama ini, B.J Habibie.
"Mendadak saya kehilangan kemampuan untuk berbicara. Beliaulah yang aktif mencari topik dan mulai bertanya-tanya mengenai studi saya, kenapa studi di Jerman, dan tantangan-tantangan yang saya hadapi disini," cerita Naufal lagi.
Dalam kesempatan itu, B.J Habibie juga menceritakan kisah hidup dan perjuangan beliau. Tidak lupa, ia pun memberikan pesan-pesan kepada Naufal sebagai pelajar yang merantau demi menuntut ilmu. Naufal pun memberanikan diri untuk berfoto bersama dengan Habibie.
Beliau juga menceritakan kisah hidup dan perjuangan beliau. Tak lupa memberikan pesan-pesan kepada saya sebagai pelajar.
— naufal prathama (@palthama) September 12, 2019
“Eyang memiliki aura yang saya rasa cukup mengintimidasi, namun semua itu terasa berkurang dengan senyuman dan tawa beliau,” lanjutnya.
Kemarin, ketika mendengar kabar kepulangan beliau, pikiran saya terlontar kembali ke sepuluh bulan silam ketika saya bertemu beliau dan otak saya berusaha memutar kembali percakapan kami sore itu di toko Asia.
— naufal prathama (@palthama) September 12, 2019
“Saya tak akan pernah melupakan kerendahan hati beliau: seorang mantan Bapak Bangsa, pemegang sederet paten krusial, pemilik kisah hidup yang apik—mau menyapa dan meluangkan waktunya untuk berbincang-bincang dengan saya,” tulis Naufal menutup cuitannya.