Minyak Goreng Naik, Pedagang Takut Naikkan Harga: Gorengan Seribu Aja Ditawar

- Kamis, 25 November 2021 | 10:47 WIB
Pedagang gorengan di UPTD Terminal Temanggung Djaya Karti di Tamiang Layang. (ANTARA/Dokumentasi Warga)
Pedagang gorengan di UPTD Terminal Temanggung Djaya Karti di Tamiang Layang. (ANTARA/Dokumentasi Warga)

Meroketnya harga minyak goreng membuat pedagang gorengan berada dalam kondisi dilematis. Kenaikan harga minyak goreng membuat ongkos produksi ikut naik, namun mereka ragu untuk menaikkan barang dagangannya karena takut ditinggal pembeli.

"Harga satuan gorengan Rp1.000 saja masih ada yang menawar. Terus terang kami masih ragu menaikkan harga karena takut tidak laku," kata Titin, pedagang gorengan di Tamiang Layang, Dusun Timur, Barito Timur, Kalimantan Tengah, Rabu (24/11/2021).

Titin yang berdagang di area terminal dekat Pasar Temanggung Djaya Karti, mengatakan kenaikan harga minyak goreng membuat keuntungan yang didapat semakin menipis. Harga minyak goreng 2 liter yang sebelumnya dapat ditebus dengan harga Rp27 ribu, saat ini dibanderol Rp39 ribu.

Kondisi ini diperparah oleh pandemi Covid-19 yang masih belum berakhir. Daya beli masyarakat yang menurun sejak masa pandemi, masih belum pulih sehingga pendapatan para pedagang semakin rendah.

Titin mengatakan, dirinya tidak berani menaikkan harga gorengan karena pedagang lain pun tidak melakukannya. Ia khawatir pembeli yang masih ada justru beralih membeli pada pedagang lain jika terjadi perubahan harga.

Perempuan yang menjual gorengan pisang, bakwan, serta tahu dan tempe ini berpendapat, harus ada kesepakatan di antara para pedagang gorengan untuk menaikkan harga. Dengan demikian, para pembeli menyadari memang kenaikan harga gorengan terjadi secara merata.

"Jika hanya kami yang menaikkan harga, kami yakin jualan kami yang tidak laku. Kalau tidak laku atau tidak habis terjual, akan semakin merugi," kata Titin. 

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Oke Nurwan, mengatakan kenaikan harga minyak goreng disebabkan faktor internal dan eksternal. Secara global, terjadi penurunan produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), yang merupakan minyak nabati untuk memproduksi minyak goreng. 

Sementara itu, secara internal produsen minyak goreng dalam negeri belum terafiliasi dengan kebun sawit penghasil CPO. Kondisi ini membuat para produsen minyak goreng sangat tergantung pada harga CPO global.

"Sehingga begitu harga CPO meningkat, harga minyak goreng curah dan kemasan meningkat tajam," kata Oke Nurwan.

Artikel Menarik Lainnya :

Editor: Gema Trisna Yudha

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X