Mantan Teroris Ini Sebut 'Anak IPA' Lebih Gampang Dicuci Otak Ketimbang 'Anak IPS'

- Kamis, 8 April 2021 | 13:18 WIB
Ustadz Sofyan Tsauri, mantan napi teroris. (Youtube/Deddy Corbuzier).
Ustadz Sofyan Tsauri, mantan napi teroris. (Youtube/Deddy Corbuzier).

Ustadz Sofyan Tsauri, mantan teroris yang kini bertobat menceritakan bagaimana seseorang bisa terpapar radikal dan tercuci otak menjadi teroris dengan mudah. 

Ia pun menyebutkan ada kecenderungan dari anak eksakta atau yang berkaitan dengan ilmu konkret lebih mudah terpapar dan dicuci otak terkait radikalisme ketimbang anak sosial.

"Ada temuan, kenapa orang-orang sosial itu lebih punya daya imunitas dalam menangkal pemikiran radikalisme dan ekstrimisme? Karena orang sosial itu melihat sesuatu dari sudut pandang, meskipun dia nggak belajar ilmu fikih," kata Sofyan Tsauri  dalam wawancara di  podcast milik Deddy Corbuzier.

"Berbeda dengan orang eksakta yang lebih rentan. Karena orang eksakta itu, satu tambah satu harus dua, hitam putih. Dna hitam putih inilah zero intolerance. Jadi dia nggak boleh ada selisih," jelasnya lagi.

Ia juga mencontohkan terkait suburnya pemikiran intoleransi tersebut di kalangan fakultas teknik dan sebagainya.

"Pemikiran-pemikiran ini subur di Fakultas teknik, kedokteran dan sebagainya. Sedangkan orang sosial itu melihat persoalan itu secara utuh," tambahnya.

Baca Juga: Yogyakarta Siapkan Aturan Tindak Lanjuti Larangan Mudik ASN

Sofyan mengakui bahwa hal itu sangat mudah dilakukan. Ia mengaku cuma butuh satu jam untuk mencuci otak calon pengantin, atau pelaku bom bunuh diri.

"Saya butuh satu jam dua jam (untuk mencuci otak), apalagi kalau dia punya masalah," tuturnya.

Namun ia juga mengatakan siapapun bisa terpapar, tidak peduli latar belakang sosial, umur dan jenis kelamin. Bahkan di tubuh TNI dan Polri juga bisa terpapar. 

Bahaya ekstremisme ini masif, menyasar ke siapa saja," pungkas Sofyan.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X