PT PLN mengungkapkan, pembengkakan tagihan listrik hanya dialami oleh sebagian pelanggan saja. Adapun pelanggan yang mengalami kenaikan sebanyak 20-50% jumlahnya 2,4 juta pelanggan.
Sedangkan pelanggan yang mengalami kenaikan di atas 200% hanya dialami 6% dari total 3,4 juta pelanggan yang tagihannya melonjak.
Untuk meringankan tagihan pelanggan, PLN telah menyiapkan sebuah kebijakan baru. Yaitu, total tagihan rekening April dan Mei bisa diangsur tiga kali.
Salah seorang petugas PLN saat memeriksa keandalan baca kWh meter pelanggan. (ANTARA/HO-PLN)
"Kami punya perhitungan 60% dari kenaikan dicicil dari kenaikan selama 3 bulan, 40% dari kenaikan dibayar Juni dulu," ungkap Senior Executive Vice President Bisnis dan Pelayanan Pelanggan PLN, Yuddy Setyo Wicaksono pada Senin (8/6/2020).
Dalam sebuah skema perlindungan lonjakan tagihan yang disiapkan PLN, lonjakan yang melebihi 20% akan ditagihkan pada bulan Juni sebesar 40% dari selisih lonjakan. Sedangkan sisanya akan dibagi rata selama tiga bulan pada tagihan berikutnya.
Misalnya saja, di bulan Maret dan April harus membayar tagihan listrik sebesar Rp1 juta, dan ada selisih kenaikan hingga Rp1,6 juta.
Kelebihan Rp600 ribu ini akan dibayar 40% di bulan Juni, sehingga tagihannya jadi Rp 1.240.000 juta.
Sedangkan sisanya yang sebesar Rp 360.000 akan dibayar pada Juli, Agustus, September masing-masing Rp 120.000.
"Padahal penaikan saya misal Rp 1.600.000 maka kelebihan Rp 600.000 ini akan dibayar 40%. Kenaikan tadi Rp 600.000, Rp 240.000 ya. Juni saya bayar Rp 1.240.000. Sisanya Rp 360.000," jelasnya.
Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN, Bob Sahril menjelaskan, pihaknya tak pernah menaikkan tarif tagihan. Kenaikan tagihan kata Bob karena adanya kebijakan pembatasan sosial selama pandemi corona sejak bulan Maret lalu.
