Sedikitnya terdapat 11 anak tewas pada Jumat (16/9/2022) setelah adanya serangan udara dan tembakan menggunakan helikopter di wilayah sipil, termasuk dalam sebuah sekolah di Kotapraja Tabayin, Wilayah Sagaing Myanmar.
"Pada 16 September, setidaknya 11 anak tewas dalam serangan udara dan tembakan yang dilakukan secara nekat di wilayah sipil, kemudian setidaknya 15 anak dari sekolah yang sama masih hilang," tulis UNICEF dalam laman resminya.
Baca Juga: Ada Bukti Kejahatan Perang Militer Myanmar: Warga Dibantai Lalu Dibakar Hidup-hidup
Junta, militer Myanmar pada Selasa (20/9/2022) mengakui telah menyerang sekolah di Wilayah Sagaing.
Namun menolak tuduhan yang dibuat oleh Pemerintah Persatuan Nasional, bahwa mereka telah membunuh anak-anak selama serangan Jumat lalu.
Dilansir dari The Guardian, menurut PBB dalam apa yang bisa menjadi serangan paling mematikan terhadap anak-anak sejak junta merebut kekuasaan tahun lalu.
"Serangan-serangan semacam itu terhadap sekolah-sekolah yang bertentangan dengan hukum humaniter internasional merupakan pelanggaran berat terhadap anak-anak pada masa konflik bersenjata yang dikecam keras oleh dewan keamanan," ucap juru bicara Guterres seorang Sekjen PBB yang dilansir dari The Guardian.
Baca Juga: ASEAN Desak Junta Militer Myanmar Terapkan 5 Konsesus Poin
UNICEF menyampaikan belasungkawa kepada orangtua dan keluarga yang kehilangan anak-anak mereka serta menyerukan pembebasan mereka segara dan aman.
"Sekolah harus aman. Anak-anak tidak boleh diserang." tulis UNICEF.
A video has emerged days after the Myanmar junta army purposely carried out an air strike against an IDPs camp in the Mobye area of southern Shan state, in which the junta army’s indiscriminate aerial bombing has killed four people, including two children. pic.twitter.com/UvqUdXUgO2
— Chindwin News Agency (@TheChindwin) September 19, 2022
Penulis: Annita Rahmawati Dewi