Penurunan Suku Bunga Acuan Oleh BI Disebut Berisiko

- Jumat, 25 Oktober 2019 | 09:05 WIB
Bank Indonesia (Dok.Indozone)
Bank Indonesia (Dok.Indozone)

Ekonom Institut Development for Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai, penurunan suku bunga acuan BI 7-Day reverse repo rate yang dilakukan Bank Indonesia, sebenarnya cukup berisiko. 

Bank Sentral Amerika (The Fed) yang selama ini menjadi acuan kebijakan juga belum mengindikasikan kembali untuk menurunkan tingkat suku bunganya. 

"Kondisi Amerika dan China sendiri masih melandai, meski tidak bertambah buruk, namun the Fed sendiri juga belum ada sinyal lanjutan," ujar Tauhid melalui sambungan telpon, Kamis (24/10). 

BI, kata Tauhid, seharusnya menunggu rilis pertumbuhan ekonomi kuartal III dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang sebentar lagi bakal rilis, sebelum memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya. 

Adapun terkait penurunan BI 7-Day reverse repo rate yang diumumkan BI hari ini, berarti mengindikasikan bahwa laju perekonomian saat ini memang tengah melambat dan butuh stimulus untuk mendongkrak konsumsi masyarakat. 

"Kalau triwulan ketiga sudah keluar pengumuman perekonomian kita (Rilis pertumbuhan kuartal III oleh BPS) dan hasilnya melambat, itu mau gak mau harus direspon cepat dengan penurunan suku bunga, secepatnya," kata Tauhid. 

Sebagaimana diketahui, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang digelar 23-24 Oktober 2019 memutuskan untuk  menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen.

"Rapat dewan gubernur BI pada 23-24 Oktober 2019 memutuskan untuk menurunkan BI sebesar 25 Bps menjadi 5 persen," ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Gedung BI Thamrin, Jakarta, Kamis (25/10). (SN)

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X