Status Sriwijaya Air Harus Diperjelas Biar Tak Rugikan Calon Penumpang

- Kamis, 7 November 2019 | 14:54 WIB
Pesawat Sriwijaya berada di hanggar GMF milik Garuda Indonesia di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (1/10). (Antara/Muhammad Iqbal)
Pesawat Sriwijaya berada di hanggar GMF milik Garuda Indonesia di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (1/10). (Antara/Muhammad Iqbal)

Sriwijaya Air saat ini tak lagi menjadi bagian dari Garuda Indonesia Group. Hal ini disampaikan manajemen Garuda Group melalui Direktur Pemeliharaan dan Layanan, Iwan Joeniarto.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Indozone, Kamis (7/11), Iwan menyebut Sriwijaya Air akan melanjutkan bisnisnya sendiri. Hubungan Sriwijaya dengan Garuda kini hanya berdasarkan business to business (B2B).

Alhasil, Sriwijaya Air melakukan penghentian operasional secara mendadak. Banyak penumpang yang terlantar karena tiketnya dibatalkan secara sepihak dalam waktu yang mepet dengan jadwal penerbangan.

Pengamat Penerbangan Gatot Raharjo mengatakan, pemerintah harus mengambil langkah agar masyarakat tak lagi jadi korban. 

"Pemerintah sebagai regulator penerbangan nasional harus segera mengumumkan status operasional Sriwijaya Air, apakah masih layak baik secara keselamatan (airwhorty) maupun bisnis dan layanannya, atau sebaliknya sudah tidak layak dan harus menghentikan layanan penerbangannya sampai dinyatakan layak kembali," ujar Gatot. 

Menurut Gatot, informasi ini harus segera disampaikan kepada publik karena menyangkut kepentingan penumpang Sriwijaya Air Group yang mencapai 10 persen dari total jumlah penumpang maskapai penerbangan nasional. Terlebih lagi dalam waktu dekat akan masuk masa peak season, yakni Natal dan Tahun Baru.

-
Sriwijaya Air. (Instagram/@sriwijayaair)

"Dengan diumumkannya kondisi Sriwijaya Air, penumpang terlindungi dari hal-hal yang merugikan. Dengan demikian, juga bisa menekan gejolak yang mungkin timbul di masyarakat," tuturnya. 

Selain itu, lanjut Gatot, pengumuman itu juga bisa menjadi peringatan kepada maskapai yang bersangkutan untuk selalu menjaga keberlangsungan bisnis dan operasional penerbangannya sehingga masuk kategori layak terbang. 

Serta sebagai bahan informasi bagi stakeholder terkait untuk bersiap jauh-jauh hari menghadapi berbagai hal yang mungkin timbul.

"Dengan demikian gejolak di masyarakat bisa ditekan dan sektor penerbangan nasional juga tetap terjaga keselamatan, keamanan dan layanannya dengan baik," pungkasnya.

Data Penerbangan Sriwijaya Air

Sebagai gambaran, dari data yang dirilis asosiasi maskapai penerbangan sipil nasional ( INACA), pada tahun 2018 lalu, Sriwijaya Air Group (Sriwijaya Air dan NAM Air) mengangkut 12,7 juta penumpang domestik dari total 101,9 juta penumpang domestik maskapai nasional.

Dengan demikian tiap hari Sriwijaya Air Group mengangkut rata-rata 34,7 ribu penumpang. Sebuah jumlah yang tidak sedikit.

-
Sriwijaya Air. (Instagram/@sriwijayaair)

Dengan hitung-hitungan kasar, sebenarnya jumlah penumpang Sriwijaya Air Group tersebut masih bisa terserap oleh pasar penerbangan domestik yang jumlah kapasitas terpasangnya sekitar 147,4 juta per tahun.

Namun dalam penerbangan, pergerakan penumpang tidak bisa dihitung dengan hitungan kasar tersebut karena operasional penerbangan dipengaruhi banyak hal. Seperti misalnya rute, slot, harga tiket, layanan dan sebagainya. (SN)

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X