Air Garam di Baskom Bisa Turunkan Hujan, Ini Kata BPPT

- Jumat, 13 September 2019 | 12:05 WIB
Siswa di SDN Legok, Jambi, membawa baskom berisi air garam.  (Antara/Wahyu Putro A)
Siswa di SDN Legok, Jambi, membawa baskom berisi air garam. (Antara/Wahyu Putro A)

Beredar informasi hoaks alias bohong di media sosial, tentang cara sederhana menciptakan hujan buatan guna menghadapi kemarau yang semakin parah.

Menurut si penyebar hoaks, baskom air yang telah dicampur garam kemudian diletakkan di luar rumah dan dibiarkan menguap sekitar pukul 11.00 hingga pukul 13.00.

Ia kemudian menyatakan, dengan makin banyak uap air di udara semakin mempercepat kondensasi menjadi butir air pada suhu yang makin dingin di udara.

"Dengan cara sederhana ini diharapkan hujan makin cepat turun. Semakin banyak warga yang melakukan ini di masing-masing rumah, ratusan ribu rumah maka akan menciptakan jutaan kubik uap air di udara. Lakukan ini satu rumah cukup 1 ember air garam, Sabtu pukul 10.00 serempak.. Mari kita sama-sama berusaha untuk menghadapi kemarau kian parah ini." tulisnya.

Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyatakan terkait informasi yang beredar mengenai air garam dalam baskom dapat menciptakan hujan adalah berita bohong atau hoaks .

"Membuat hujan tidak sesederhana itu. Itu hoaks," kata Kepala BBTMC BPPT Tri Handoko Seto, di Jakarta, Jumat (13/9).

Ia mengatakan, tidak mungkin menciptakan hujan dengan mekanisme semikro menggunakan satu ember air tiap rumah dan ajakan ratusan ribu rumah dengan harapan akan ada jutaan meter kubik uap air.

Dengan asumsi 10 liter air dalam satu ember, maka hanya ada ribuan meter kubik air yang terkumpul dengan ajakan ratusan ribu rumah. 

Dengan begitu, untuk mendapatkan jutaan meter kubik air, perlu ratusan juta ember. Itu pun jika semua air yang ditempatkan di ember menguap semua.

"Jadi tidak benar menciptakan hujan dengan mekanisme sesederhana itu," katanya.

Menurut Seto, banyak persyaratan untuk membentuk awan hujan. Selain penguapan yang sangat banyak, juga diperlukan pola angin yang mengarahkan uap air agar terjadi kondensasi di suatu daerah.

"Pola angin tersebut dapat berubah-ubah dan mengakibatkan uap air tertarik entah ke arah tertentu," kata Seto.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran Toko di Mampang Semalam, 7 Orang Tewas

Jumat, 19 April 2024 | 14:25 WIB
X