Fundamental Ekonomi Lebih Baik dari Negara Lain, Indonesia Tidak akan Krisis!

- Rabu, 24 Juni 2020 | 19:01 WIB
Ilustrasi uang rupiah. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Ilustrasi uang rupiah. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Fundamental perekonomian Indonesia disebut masih lebih baik dibandingkan dengan negara lain di tengah adanya pandemi virus corona (Covid-19). Faktor ini mendorong nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat sore ini.

Mengutip data RTI, Rabu (24/6/2020) pukul 18.21 WIB, kurs rupiah hari ini ditutup pada level Rp14.183 per dolar AS. Posisi ini menguat 80 poin dibandingkan penutupan perdagangan pasar uang pada Selasa sore (23/6/2020) yang ditutup di level Rp14.110 per dolar AS.

Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan kurs rupiah terjadi karena pelaku pasar yakin bahwa ekonomi Indonesia relatif baik dibanding negara lain di tengah wabah virus corona. Kondisi ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia di Kuartal I 2020 yang masih mampu naik sebesar 2,97%. 

"Meskipun di kuartal II 2020 diyakini akan mengalami kontraksi akibat penerapan pembatasan sosial bersekala besar, namun kontraksi tersebut tidak terlalu parah sehingga apa yang ditakutkan oleh pemerintah (Menkeu) maupun Bank Dunia tidak akan terjadi," kata Ibrahim saat dikonfirmasi Indozone, Rabu (24/6/2020). 

Mengapa Ibrahim begitu optimis, sebab pemerintah sendiri saat ini telah mulai melonggarkan PSBB, perkantoran, mall dan pasar sudah kembali beraktivitas. Di samping itu, kata dia, pemerintah juga memperpanjang stimulus terutama di bidang kesehatan, BLT dan bansos sampai akhir tahun 2020, sehingga daya beli masyarakat akan tetap berjalan serta konsumsi masyarakat akan tetap terjaga.

"Ini merupakan modal dasar untuk menggerakkan sistem keuangan dan pertahanan ekonomi negara. Pemerintah harus berani membuat kebijakan yang berani, dengan program-program pemulihan yang berkesinambungan sehingga diharapkan sistem keuangan dan pertahanan ekonomi negara akan kembali pulih dan stabil," ujar Ibrahim.

Di samping itu, kata Ibrahim, pemerintah wajib melakukan evaluasi kebijakan pemulihan ekonomi. Tujuannya agar strategi bauran yang sudah diterapkan bisa berjalan sesuai dengan regulasi yang ada atau malah melenceng dari regulasi. 

"Untuk itulah pemerintah harus bisa menjelaskan tentang kondisi yang sebenarnya terhadap pasar sehingga pelaku pasar kembali percaya," tuturnya. 

Secara bersamaan, lanjut Ibrahim, Bank Indonesia terus berupaya untuk menstabilkan rupiah yang dalam bulan-bulan terakhir ini masih cukup stabil tidak jauh dari level Rp14.000 per dolar AS, mengendalikan inflasi dan melakukan koordinasi dengan pemerintah termasuk  Otoritas Jasa Kesuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk menentukan bauran kebijakan demi menjaga kedaulatan ekonomi.

"Salah satu bauran kebijakan yang sudah dijalankan adalah penurunan suku bunga, suku bunga kredit dan menjaga inflasi agar tetap rendah dan terkendali," pungkasnya.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X