Menkeu Cukup 'Pede', Indonesia Tidak akan Mengalami Krisis Ekonomi

- Selasa, 16 Juni 2020 | 13:11 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (ANTARA/Puspa Perwitasari)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (ANTARA/Puspa Perwitasari)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan kondisi terkini perekonomian Indonesia. Diakui olehnya, pada kuartal II tahun ini, April-Juni 2020 kondisi perekonomian Indonesia bakal mengalami kontraksi (penurunan). Meski demikian, ia cukup yakin bahwa Indonesia sangat jauh dari krisis ekonomi atau resesi. 

Sri Mulyani mengatakan, pada kuartal II-2020 perekonomian Indonesia kemungkinan mengalami kontraksi -3,1%. Namun ia yakin setelah itu, perekonomian diperkirakan bisa lepas dari teritori negatif.

"Resesi adalah pertumbuhan ekonomi dua kuartal berturut-turut negatif. Kita kuartal I masih (tumbuh) 3%, kuartal II mungkin negatif, dan kuartal III pulih mendekati 0%. Technically nggak resesi," kata Sri Mulyani dalam video confference APBN KITA, Selasa (16/6/2020). 

Dalam skenario yang dimilikinya, bulan Mei adalah dasar dari pelemahan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Diketahui, Mei adalah puncak dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun demikian, memasuki bulan Juni perekonomian sudah mulai bergerak. 

Sebagaimana diketahui, mulai 8 Juni ini, penerbangan mulai dibuka dan Indonesia sendiri masuk ke masa PSBB transisi. Diperkirakan di Juni ini, geliat ekonomi sudah mulai terjadi, salah satunya setelah mall dan pasar-pasar mulai dibuka. 

-
Suasana hari pertama pembukaan kembali pusat perbelanjaan di Mall Central Park, Jakarta, Senin (15/6/2020). (INDOZONE/Arya Manggala)

"Kita harap Mei itu yang terdalam. Kalau tren ini terjaga, maka kita masih bisa berharap ekonomi Indonesia terjaga di zona positif," tegasnya. 

Namun untuk menghindari resesi, Sri Mulyani menyebut masih perlu perjuangan. Salah satunya dengan mengoptimalkan insentif fiskal sehingga dampaknya bisa dirasakan oleh masyarakat dan dunia usaha.

"Ini perjuangan. Kalau insentif sudah ditaruh di APBN tapi belum berjalan, dampaknya ke pemulihan menjadi minimal," tuturnya. 

Sementara itu, dari data terbaru yang dirilis Bank Indonesia (BI), tercatat pertumbuhan penjualan eceran pada April mengalami kontraksi yang sangat dalam. Merebaknya wabah virus corona di Tanah Air menjadi pemicu anjloknya penjualan ritel dalam negeri.

Dalam rilis terbarunya Survei Penjualan Eceran (SPE) BI, pertumbuhan penjualan ritel bulan April 2020 tercatat minus 16,9% (yoy) dan ini merupakan kontraksi paling dalam sejak Desember 2008.

Tercatat hampir seluruh pos penjualan ritel mengalami kontraksi. Pos yang paling dalam kontraksinya adalah penjualan bahan bakar -39% (yoy), barang budaya dan rekreasi sebesar -48,5% (yoy) dan barang lainnya seperti sandang sebesar -68,5% (yoy).


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

X