Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) menganggap buruknya kualitas rekaman kamera pengawas atau CCTV menjadi salah satu kendala dalam membongkar pelaku kasus penyiraman air keras yang dialami Novel Baswedan.
Juru bicara TGPF, Nurkholis, menjelaskan CCTV yang terpasang di rumah Novel memiliki resolusi yang rendah, situasi itu membuat tim sulit mengidentifikasi para pelaku.
"Seandainya kalau CCTV agak terang mungkin kasus ini tidak berkepanjangan," ujar Nurkholis.
Selain CCTV, tidak adanya saksi membuat kasus Novel sulit terungkap. Bahkan, Nurkholis mengklaim korban sulit mengidentifikasi wajah pelaku karena yang menggunakan helm full face.
"Bahkan, korban ketika disiram betul-betul tidak bisa mengenali dan lagi diduga pelaku menggunakan helm. Satu helm hitam di depan, satu helm putih," kata Nurkholis.
Kemunduran
Kuasa hukum Novel, Alghiffari Aqsa, menganggap pengusutan kasus kliennya berjalan mundur karena TGPF gagal mengungkap pelaku lapangan kasus Novel. Padahal, kasus itu sudah berjalan lebih dari 800 hari.
Alghiffari khawatir bukti-bukti bakal semakin sulit ditemukan jika kasus terus berlarut. Temuan-temuan TGPF dianggap tidak memiliki perbedaan dengan hasil yang pernah diungkap pada penyidikan pertama.
"Soal klinik didatangi itu, kita sudah tahu ada sekian ratus klinik yang didatangi. Ada pabrik gelas didatangi. Itu sudah berapa bulan setelah penyerangan sudah disampaikan ke polisi apa yang baru," kata Alghiffari.