Terjadi penembakan massal di kompleks perbelanjaan Walmart di El Paso, Texas, pada Sabtu (3/8) waktu setempat. Gubernur Texas Greg Abbott mengatakan bahwa aksi penembakan ini menyebabkan 20 orang tewas serta puluhan lainnya terluka.
"Dua puluh orang tak berdosa dari El Paso telah kehilangan nyawa mereka dan puluhan lainnya terluka," kata Abbott, Sabtu (3/8/2019). Menurutnya, itu adalah hari terkelam dan mematikan dalam sejarah Texas.
"Kami selaku pemerintah bersatu dan mendukung para korban dan anggota keluarga mereka. Kami ingin melakukan semua yang kami bisa untuk membantu mereka," sambungnya.
Kepala Polisi El Paso, Greg Allen melaporkan ada 26 orang yang terluka dalam penembakan ini. Satu orang tersangka sudah ditahan oleh pihak kepolisian. Polisi menjelaskan bahwa saat insiden terjadi, Walmart dipenuhi oleh sekitar 3 ribu pengunjung.
Penembakan massal ini terjadi hanya satu pekan berselang setelah ada peristiwa serupa yang terjadi dalam festival bawang putih California yang menewaskan tiga orang yang terjadi pada Minggu 28 Juli 2019.
Tersangka yang ditahan disebut masih berusia 21 tahun dan bernama Patrick Crusius, warga pinggiran kota Dallas. Dia menyerahkan diri kepada polisi. Media setempat mengaitkan pelaku dengan manifesto yang menentang "invasi Hispanik" di Texas.
Otoritas setempat sedang mempelajari motifnya, apakah penembakan massal ini tergolong kejahatan rasial atau bukan. "Saat ini kami memiliki manifesto dari individu ini yang menunjukkan sampai taraf tertentu jika dia memiliki hubungan dengan potensi kejahatan rasial," kata Kepala Kepolisian El Paso, Greg Allen.
El Paso yang memiliki populasi 680 ribu jiwa ini memang mayoritas keturunan hispanik. Ada sekitar 83% warga El paso yang merupakan keturunan Hispanik.