Soal Vaksin Berbayar, PKS: Jangan Mencari Keuntungan dengan Memeras Rakyat!

- Selasa, 13 Juli 2021 | 09:13 WIB
Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Netty Prasetiyani Aher. (Instagram/netty_heryawan)
Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Netty Prasetiyani Aher. (Instagram/netty_heryawan)

Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Netty Prasetiyani Aher tak sepakat dengan rencana vaksinasi Covid-19 berbayar kepada individu. Dia menilai kebijakan tersebut sebagai sebagai cara mencari untung dari rakyat.

"Vaksinasi untuk mengatasi bencana non-alam seperti pandemi adalah tanggung jawab negara terhadap keselamatan rakyatnya. Setiap individu harus mendapat akses yang sama dan merata melalui vaksinasi gratis. Jadi, opsi vaksin berbayar seperti upaya mencari keuntungan dengan memeras rakyat," kata Netty dalam keterangannya kepada Indozone dikutip Selasa (13/7/2021).

Anggota Komisi IX DPR RI ini  mengakui kebijakan ini belum didiskusikan dengan DPR. Menurut sepengetahuannya vaksinasi gotong royong hanya diperuntukkan bagi perusahaan dan diizinkan dengan banyak catatan.

"Tidak ada diskusi dengan Komisi IX terkait vaksinasi gotong royong bagi individu atau perorangan. Kebijakan yang sudah disetujui adalah vaksinasi gotong royong yang dibiayai perusahaan. Itu pun diizinkan dengan banyak catatan. Sekarang tiba-tiba muncul kebijakan vaksin berbayar untuk individu," tegas Netty.

Netty berujar Permenkes RI Nomor 19 Tahun 2021 dijadikan landasan hukum bagi vaksinasi berbayar untuk individu setelah ada perubahan redaksi atas definisi vaksin gotong royong.

"Awalnya hanya ditujukan untuk karyawan perusahaan atau badan usaha, kemudian ditambahkan juga untuk individu atau perorangan yang dibebankan pembiayaannya pada yang bersangkutan," katanya.

Di sisi lain Netty menekankan pemerintah tidak bisa berdalih bahwa vaksinasi berbayar menjadi opsi bagi rakyat yang tidak bersedia antre dalam pelaksanaan vaksinasi.

"Akses gratis vaksin Covid-19 bukan persoalan warga kaya ataupun miskin, bukan pula soal mau antre atau tidak. Ini soal tanggung jawab negara melindungi rakyatnya. Jangan sampai publik berpikir hanya orang kaya yang mampu membeli vaksin yang dapat melindungi diri dari bahaya pandemi," ungkap Netty.

Lebih jauh Netty meminta pemerintah mengakselerasi program vaksinasi agar segera mencapai target alih-alih menjual vaksin pada rakyat.

"Apakah target vaksinasi gratis 2 juta dosis per hari sudah tercapai? Apakah target vaksinasi gotong royong untuk pekerja dan keluarganya yang dibiayai perusahaan sudah sesuai tujuan? Apakah laporan terkait KIPI sudah dievaluasi dan ditindaklanjuti? Pemerintah harus pastikan semua hal tersebut  berjalan lancar dulu, jangan menambah PR baru," tandasnya.

BACA JUGA: PAN Minta Program Vaksin Covid-19 Berbayar Dibatalkan

Netty juga mempertanyakan kejelasan bantuan 500.000 dosis vaksin Sinopharm dari UEA. Dia meminta pemerintah harus transparan dan bertanggung jawab, jangan sampai ada penyelewengan dan penyalahgunaan bantuan.

Terlebih Sinopharm dan Cansino termasuk jenis vaksin dalam skema gotong royong. Atas polemik ini, Netty meminta pemerintah mengkaji ulang kebijakan vaksinasi berbayar untuk individu agar tidak menimbulkan kegaduhan publik.

"Sektor ekonomi sedang terganggu. Banyak rakyat yang tengah menderita dan terjepit. Fungsi layanan kesehatan pun tengah kolaps. Jangan menambah beban rakyat dengan isu vaksin berbayar dan isu kewajiban menyertakan sertifikat vaksinasi sebagai syarat pengurusan administrasi publik dan mengakses bantuan sosial atau pelayanan sosial," tutup Netty.

Halaman:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

X