Ketua Departemen Politik DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Nabil Ahmad Fauzi mengkritik langkah rektorat Universitas Indonesia (UI) yang memanggil Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) pasca mengeluarkan poster Presiden Jokowi sebagai 'The King of Lip Service'.
Menurut Nabil, adanya pemanggilan tersebut juga menjadi preseden buruk kondisi demokrasi di Indonesia.
"Kasus pemanggilan BEM UI oleh Rektorat ini menjadi preseden yang seolah membenarkan kondisi demokrasi negeri ini," kata Nabil kepada Indozone, Senin (28/6/2021).
Dia menilai dengan adanya peristiwa tersebut membuat kampus semakin tidak steril dari potensi intervensi kekuasaan manakala ada suara-suara keras dari kampus.
Baca Juga: Polisi Selidiki Aksi Para Pemotor di Bandung yang Nekat Terobos Blokade Jalan
Dimana sekarang ini malah ada fenomena para pimpinan kampus menjadi semakin Baper dengan suara dari para anak didiknya. Boleh jadi karena ada tekanan dari pihak eksternal.
"Karenanya, stop intervensi kekuasaan di kampus. Kembalikan kebebebasan di kampus," tegas Nabil.
Bagi PKS, sambung dia, kampus merupakan institusi yang menjadi simbol kebebasan berfikir dan bersikap. Kampus menjadi lahan subur persemaian SDM unggul dan budaya demokratis.
"Kampus mestinya menjadi laboratorium demokrasi kita," tandasnya.
Sebelumnya diwartakan, Kepala Humas dan KIP UI, Amelita Lusia UI menyatakan bahwa pemanggilan tersebut merupakan bentuk pembinaan.
"Atas pemuatan meme tersebut di media sosial, Universitas Indonesia mengambil sikap tegas dengan segera melakukan pemanggilan terhadap BEM UI pada sore hari Minggu, 27 Juni 2021. Pemanggilan terhadap BEM UI ini karena menilai urgensi dari masalah yang sudah ramai sejak postingan yang mereka buat di akun sosial media BEM UI. Pemanggilan ini adalah bagian dari proses pembinaan kemahasiswaan yang ada di UI," kata Amelita dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Minggu (27/6/2021).
