Demi Antisipasi Krisis Energi, Pemerintah: Indonesia Harus Tingkatkan Produksi Migas

- Sabtu, 23 Oktober 2021 | 22:39 WIB
 Lapangan Migas Pangkah milik PGN Saka berhasil menambahkan produksi migas menjadi 13.000 BOEPD.  (photo/ANTARA/HO-PGN/ilustrasi)
Lapangan Migas Pangkah milik PGN Saka berhasil menambahkan produksi migas menjadi 13.000 BOEPD. (photo/ANTARA/HO-PGN/ilustrasi)

Saat ini Industri minyak dan gas bumi (migas), masih menjadi komoditas utama menggerakkan perekonomian dunia terutama mengatasi krisis energi global, sehingga peningkatan produksi dan persiapan kapasitas cadangan nasional menjadi upaya untuk menghindari krisis energi.

Pemerintah mengatakan salah satu kontributor krisis energi saat ini akibat mulai ditinggalkannya industri fosil oleh investor, bank, dan pasar modal karena mereka beralih ke energi hijau, sedangkan transisi energi justru belum siap.

"Indonesia harus well-planned karena krisis energi yang terjadi bagian transisi yang kurang matang dilakukan dunia. Kita perlu belajar mumpung masih ada waktu dan belum terjadi krisis energi," kata Sekretaris Eksekutif I Kementerian Koordinator Perekomian Raden Pardede, Sabtu (23/10) dikutip dari ANTARA.

Dalam Strategi Raya Energi Nasional (GSEN), pemerintah berupaya mewujudkan ketahanan dan kemandirian nasional salah satunya meningkatkan produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari dan akuisisi lapangan minyak di luar negeri untuk kebutuhan kilang.

Baca juga: Meski Kerap Dapatkan Komentar Negatif, Ayu Ting Ting Pilih Tak Ambil Pusing

Sepanjang 2019-2021, pencapaian nilai penggunaan produk dalam negeri (TKDN) terhadap biaya didominasi jasa dengan capaian sebesar 66 persen dan industri barang hanya 20 persen.

Sementara itu, pandemi telah mengoreksi penjualan industri penunjang lebih dari 50 persen.

Pemerintah terus meningkatkan kandungan TKDN di industri hulu migas dengan menerapkan sejumlah strategi, di antaranya pengadaan bersama, asset/inventory transfer, sosialisasi penggunaan produk dalam negeri yang fit to purpose dan evaluasi rencana penggunaan barang impor.

Disisi lain, Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisis Biaya SKK Migas Erwin Suryadi memaparkan bahwa industri hulu migas terus meningkat TKDN.

Dia menegaskan produk dalam negeri mampu bersaing dengan produk mancanegara secara kualitas.

Bahkan ada tambahan lain yang didapat dengan menggunakan produk dalam negeri, yaitu efisiensi yang terjadi pada kerja sama BBM dan pelumas sebesar Rp700 miliar per tahun.

Pada 2020, uji coba dan substitusi produk smooth fluid dalam negeri juga memberikan efisiensi sebesar 300.000 dolar AS per sumur. Selain itu, kerja sama penerbangan tahun lalu berhasil membukukan efisiensi sebesar Rp25,9 miliar per tahun.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X