22 Persen Mahasiswa Universitas Jember Terpapar Radikalisme

- Kamis, 21 November 2019 | 11:26 WIB
Ilustrasi/ANTARA FOTO/HENDRA NURDIYANSYAH
Ilustrasi/ANTARA FOTO/HENDRA NURDIYANSYAH

Ketua Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember (Unej) Akhmad Taufiq mengatakan, sebanyak 22 persen mahasiswa Universitas Jember (Unej) terpapar radikalisme berdasarkan laporan studi pemetaan gerakan radikalisme yang dilakukan LP3M Unej pada tahun 2018.

"Di Unej terdapat 22 persen yang terpapar radikalisme, diderivasi lagi menjadi radikalisme teologis yakni setuju dengan pengkafiran, qital, dan jihad yaitu sejumlah 25 persen, radikalisme politis berupa kesetujuannya pada konsep negara Islam atau khilafah sejumlah 20 persen," katanya saat menjadi pembicara dalam pleno 4 Festival HAM yang dilaksanakan di aula PB Sudirman Kantor Pemkab Jember, Jawa Timur, Rabu (20/11).

Menurut Ahmad, ini menunjukkan bahwa semua pihak harus terlibat dengan kasus radikalisme ini. Meskipun dari persentase tersebut, belum diketahui apakah mereka melakukan tindakan kekerasan fisik, baik pada diri mereka sendiri, maupun pada orang lain.

-
ANTARA FOTO/HO/LP3M Unej

Hal ini berkaitan dengan riset yang dilakukan oleh INFID Jakarta. Riset tersebut menunjukkan ada 10 perguruan tinggi negeri (PTN) yang terpapar radikalisme. Paparan radikalisme ini dapat dilihat dari aktivitas merakit bom, pelatihan militer, razia syariah, dan keterlibatan mahasiswa pada organisasi terlarang HTI merupakan kondisi yang dapat dikatakan krusial dan akut.

"Kondisi demikian itu hampir terjadi di seluruh PTN dengan frekuensi yang berbeda. Oleh karena itu, gerakan radikalisme itu sudah dapat dikategorikan terstruktur, sistematik, dan massif," tutur Taufiq.

Untuk itulah, Taufiq mengatakan betapa pentingnya pendidikan multikultural untuk mengembangkan sikap toleransi dan inklusivitas.

"Kemudian rekomendasi kedua, keterlibatan semua pihak untuk mengatasi permasalahan radikalisme, mengatasi soal radikalisme tidaklah cukup hanya melibatkan struktur berbasis negara," ujarnya.

Yang ketiga menurut Taufiq berada dalam tataran perguruan tinggi. Perguruan tinggi diharapkan dapat berkomitmen dengan tegas untuk tidak memberi ruang bagi tumbuhnya gerakan radikalisme di kampus.

Acara pleno 4 Festival HAM sendiri mengangkat tema yakni "Strategi Pencegahan Intoleransi, Radikalisme, dan Kekerasan Ekstrimisme di Dunia Pendidikan dan Media Sosial".

Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, pemuda. Adapun yang menjadi pembicara ialah, M. Zaki Mubarok (PPIM), Agus Muhammad (Peneliti INFID), Libasut Taqwa (Wahid Istitut), Ciciek Farha (Peneliti PVE), Tohari (AGPAII Jember), dan Budi Hartawan (BNPT).

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X