Parpol Terus Lakukan Penjajakan, Pilpres 2024 Diprediksi Lebih dari Dua Poros

- Selasa, 27 September 2022 | 01:44 WIB
Ilustrasi merakit kotak suara bekas di Kantor KPU Kota Blitar. (ANTARA FOTO/Irfan Anshori)
Ilustrasi merakit kotak suara bekas di Kantor KPU Kota Blitar. (ANTARA FOTO/Irfan Anshori)

Pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro, menilai peta koalisi masih akan berubah hingga tahun 2024. Menurutnya, semua partai masih melakukan penjajakan komunikasi politik, sehingga diprediksi akan menghadirkan lebih dari dua poros.

"Itu tidak mudah disimpulkan. Kalau saya masih dalam taraf saling menjajaki, mereka butuh chemistry, butuh platform yang sama dan saling menguntungkan. Tentu mereka berpikir dua hal, pileg-nya oke, pilpres-nya oke," ujar Siti Zuhro kepada wartawan, Senin (26/9/2022).

Ia melihat, dinamika politik yang sedemikian cair membutuhkan partisipasi aktif dari publik dan suara dari masyarakat sipil, untuk mendorong agar Pilpres tidak diikuti hanya dua pasangan calon (paslon). Menurutnya, Pilpres 2019 sudah cukup memberikan pelajaran atas dampak yang ditimbulkan ketika hanya ada dua paslon di pesta demokrasi lima tahunan tersebut.

Baca Juga: Harap Ada 4 Paslon di Pilpres 2024, PKS Intens Komunikasi dengan Demokrat dan NasDem

"Jadi menurut saya kalau kita gak aktif seperti 2014 dan 2019, pasti dua poros, yang mereka sukai saja. Untuk apa pisah-pisah, bikin energi terkuras, toh gak menang. Maka, sekarang ini sangat tergantung pada civil society," katanya.

Zuhro menambahkan, masyarakat sipil harus mendorong partai politik untuk menjalankan fungsi representasi dengan menghadirkan lebih dari dua paslon capres-cawapres.

"Jadi kalau civil society-nya kuat menyuarakan bahwa pelajaran 2 kali pemilu membuat kita ini fungsi representasi yang harusnya dilakukan partai-partai, tidak dilakukan. Itu yang harus terus dinuansakan dan dampak-dampak dari hanya 2 pasangan calon. Jadi kalau kita diam, civil society-nya diam, ya mereka melenggang," ungkapnya.

Sementara itu, Pengamat Komunikasi Politik Universitas Multimedia Nusantara, Silvanus Alvin, menilai bongkar-pasang koalisi masih akan dinamis, seturut situasi politik, sampai titik final.

“Memang untuk koalisi parpol yang dikatakan final itu tentu tergantung dari situasi politik yang berkembang. Bisa saja ada kejadian-kejadian yang belum kita tahu,” tegas Alvin.

Baca Juga: Gak Gengsi, Sekjen Gerindra Ngarep Jokowi Endorse Prabowo di Pilpres 2024

Namun dalam berkoalisi, kata dia, partai akan memperhatikan kebutuhan partainya dulu, baru koalisi.

“Masing-masing pasti tidak mau jadi beban, dalam koalisi ada partai yang jadi beban, maka partai lain pakai strategi mutusin buntut ekor cicak,” ungkap Alvin.

Saat ini, sudah terbentuk poros Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), Gerindra-PKB, Nasdem-Demokrat-PKS dan juga PDIP. Tapi, Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pekan lalu.

Namun, selain sibuk silaturahmi dan bongkar pasang, Alvin juga menyarankan para petinggi parpol bisa merespons tantangan zaman, terutama krisis ekonomi global, dan pemenuhan perut masyarakat.

Halaman:

Editor: Gema Trisna Yudha

Tags

Rekomendasi

Terkini

X