Dunia Masih Dirundung Resesi, Ekspor Hasil Tambang RI Melemah

- Selasa, 18 Agustus 2020 | 14:20 WIB
Petugas operator PT Prima Multi Terminal memantau aktivitas peti kemas internasional di Pelabuhan Kuala Tanjung Multipurpose Terminal di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, Rabu (29/7/2020). (ANTARA FOTO/Septianda Perdana)
Petugas operator PT Prima Multi Terminal memantau aktivitas peti kemas internasional di Pelabuhan Kuala Tanjung Multipurpose Terminal di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, Rabu (29/7/2020). (ANTARA FOTO/Septianda Perdana)

Ekspor hasil tambang RI melemah, khususnya untuk komoditas batu bara yang melemah cukup dalam hingga 31,22%. Penurunan permintaan batu bara itu disinyalir akibat kondisi resesi yang tengah melanda sejumlah negara tujuan ekspor Indonesia, seperti Tiongkok salah satunya, yang sedang mengalami resesi akibat pandemi virus corona (Covid-19). 

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto mengatakan, meski menurut sektor kinerja ekspor seluruhnya meningkat US$13,73 miliar, khusus untuk ekspor sektor pertambangan dan lainnya, mengalami penurunanan, baik secara month to month (mtm) atau secara year on year (yoy).

"Tercatat jika dibandingkan Juni 2020 terjadi penurunan 7,83% dan secara tahunan turun 31,10% menjadi US$1,39 miliar," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Selasa (18/8/2020). 

Sementara itu untuk kinerja ekspor komoditas lain dari sektor migas, pertanian dan industri pengolahan semuanya menunjukkan peningkatan secara mtm. Tercatat sektor migas ekspornya naik 23,77% menjadi US$0,70 miliar. Kemudian sektor pertanian meningkat ekspornya sebesar 24,10% menjadi US$0,35 miliar. 

Selanjutnya sektor industri pengolahan secara mtm naik 16,95%, meskipun secara yoy turun 1,91% menjadi US$11,28 miliar. Menurutnya ekspor hasil industri pengolahan yang naik signifikan nilai ekspornya seperti logam dasar mulia, minyak kelapa sawit besi baja, kendaraan bermotor roda empat. Namun yang mengalami penurunan adalah kendaraan bermotor, pakaian jadi dari tekstil.

"Pertanian naik tajam ekspornya seperti tanam obat aromatik dan rempah rempah, sarang burung, sayuran, biji kakao. Ekspor yang naik cukup besar secara yoy dari sektor pertanian yaitu hasil bukan kayu sarang burung, tanaman obat dan buah - buahan tahunan. Jadi produk hortikultura tumbuh bagus," sambungnya.

Struktur ekspor pada periode tersebut masih tetap didominasi dari sektor industri yaitu sebesar 82,19%. Kemudian dilanjutkan sektor tambang yaitu berkontribusi sebesar 10,14%, migas sebesar 5,13% dan yang terkecil kontribusinya adalah pertanian sebesar 2,54%.

"Ekspor yang tumbuh bagus itu pertanian meski memberikan kontribusi yang paling kecil. Kedepan kita harapkan industri pengolahan bisa ke posisi normal sehingga ekspornya bisa kita genjot, apalagi kita lihat perkembangan PMI (purchase manufacturing index) pada Juli meningkat meski belum ke level 50 poin," pungkasnya.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X