Aktivis HAM Erasmus Napitupulu mengkritik pernyataan dr.Tirta soal dirinya yang meminta pengedar narkoba untuk ditembak mati.
Erasmus menyebut pernyataan itu tak panta diucapkan seorang dokter & bukan kapasitas seorang dokter untuk membicarakan soal hukuman tembak mati bagi pengedar narkoba.
Sebelumnya, dr.Tirta menyebut dirinya setuju jika semua pengedar narkoba dihukum mati.
"Kalo pengguna oke, mereka mungkin kebablasan, untuk direhab, silakan. Kan banyak rehab gratis. Pengedar apapun harusnya kayak Pak Duterte. Mati bos tembak," kata dr.Tirta saat berbincang di YouTube CEGAH NARKOBA di acara BNN Podcast, dikutip Jumat (17/9).
http://www.youtube.com/watch?v=20I-NpA0qvA
Pernyataan Tirta itu pun ditanggapi Erasmus Napitupulu selaku Direktur Eksekutif Institute of Criminal Justice Reform (ICJR) melalui cuitannya di Twitter.Ia mengatakan, tembak mati tak sepantasnya didukung oleh seorang dokter yang disumpah untuk menyelamatkan nyawa orang.
"Kebijakan Narkotika Duterte di filipina berbahaya, tak harusnya mendapat dukungan dr seorang dokter yg disumpah utk menyelamatkan nyawa Tapi kalau beliau hadir sbg selebgram plus pengusaha, ya boleh saja, tak ada larangan utk terlihat tak paham isu dan norak secara bersamaan," kata Erasmus.
Kebijakan Narkotika Duterte di filipina berbahaya, tak harusnya mendapat dukungan dr seorang dokter yg disumpah utk menyelamatkan nyawa
— Erasmus Napitupulu (@erasmus70) September 16, 2021
Tapi kalau beliau hadir sbg selebgram plus pengusaha, ya boleh aja, tak ada larangan utk terlihat tak paham isu dan norak secara bersamaan pic.twitter.com/tpJh9tPOBe
Erasmus menilai, kebijakan narkotika Duterte tak sejalan dengan HAM karena kebijakan itu hanya akan meninggalkan masalah.
"Pendekatan usang macam duterte tak bekerja, negara2 yg dianggap "berhasil", adalah yg melakukan pendekatan kesehatan, pidana boleh tapi dlm konteks peredaran gelap dan trans national crime Portugal contohnya, meski masih ada Kritik, tpi dianggap ok," katanya lagi.
Sebagai seorang dokter, Tirta harusnya berbicara dalam kapasitas bagaimana kebijakan terbaik yang bisa diberikan bagi pengguna.
"Apakah membunuh sebanyak2nya orang akan berhasil? Itu bukan kapasitas dokter, selebgram sotoy mungkin," katanya.
"Tapi mungkin saya salah, beliau mungkin tidak sotoy, persoalan terjebak narasi dan gemerlap kamera mungkin, kebetulan acara BNN pulak Kalau mau diskusi terbuka boleh juga, siapa tau kita salah paham, atau paham yg salah," pungkasnya.