Penentang Satu Negara Dua Sistem Menang Pemilu Taiwan

- Minggu, 12 Januari 2020 | 13:24 WIB
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen (Tengah) and Wakil Presiden William Lai (Kiri) dan para pendukungnya. (REUTERS/Tyrone Siu).
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen (Tengah) and Wakil Presiden William Lai (Kiri) dan para pendukungnya. (REUTERS/Tyrone Siu).

Penentang satu negara dua sistem, Presiden Petahana Taiwan atau Republik China Tsai Ing-wen, dipastikan menang pemilu dengan suara mayoroitas mengalahkan penentangnya Han Kuo-yu, yang dikenal dekat dengan Beijing atau Republik Rakyat Tiongkok.

Presiden Taiwan yang berusia 63 tahun ini, berhasil meningkatkan raihan suara sebanyak 1,3 juta dibandingkan 2016 dengan suara yang berhasil diraup raup 57,1 persen atau  8,2 juta suara. Kemenangan ini, disambut Amerika Serikat dan Jepang yang merupakan sekutu Taiwan. 

China masih mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, sejak berakhirnya perang saudara 1949. Pemerintahan Beijing pun, telah menawarkan negara pulau kesepakatan berupa satu negara dua sistem seperti yang diterapkan di Hong Kong. Namun, mayororitas warga Taipe takut jika Beijing ingkar janji.

Kemenangan ini juga didasari demostrasi di Hong Kong selama ini,  yang membuat publik Taiwan dilansir Reuters, menjadi ragu atas sistem yang diterapkan pada wilayah bekas Jajahan Inggris tersebut. Dengan kemenangan dipastikan Taiwan masih tetap independen dari China daratan karena Partai Progresif Demokratik (DPP) juga menguasai mayoritas parlemen. 

"Orang-orang Taiwan sekali lagi menggunakan suara di tangan mereka untuk menunjukkan kepada dunia nilai demokrasi," kata Tsai, Minggu (12/1/2020, saat bertemu dengan Kepala Kedutaan Besar Amerika Serikat di Taipei, Brent Christensen.

Ia menegaskan, demokrasi dan kebebasan jadi aset Taiwan yang paling berharga. Pihaknya, bakal menguatkan kerja sama dengan Amerika Serikat mulai dari pertahanan hingga ekonomi seraya meminta Beijing memahami keinginan Taiwan. 

Kementerian Luar Negeri China menegaskan, pihaknya tetap memandang Taiwan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari satu China di dunia. 

"Konsensus universal komunitas internasional yang berpegang pada prinsip satu China juga tidak akan berubah,” ujar Kemenlu China dalam pernyataannya.

 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X