Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan berencana akan melarang diskon tarif pada ojek online. Pelarangan itu dilakukan karena dianggap akan berdampak pada persaingan tidak sehat. Namun, rencana itu justru dirasa keberatan oleh sejumlah pengguna sehari-sehari ojek online.
"Enggak setuju, merugikan penumpang," kata Rizky Fahira, dikutip dari ANTARA.
Rizky saat ini diketahui masih kuliah di tingkat awal. Jika tidak membawa kendaraan bermotor pribadi, dia akan naik ojek online. Meskipun tidak rutin menggunakan ojek online, tapi pelarangan tarif diskon tersebut dinilai merugikan.
"Kebanyakan orang pindah ke ojek online karena ada diskon dan jadi lebih murah," kata dia.
Selain Rizky, ada cerita dari Bernhart Farras, yang mengaku akan berpikir dua kali untuk naik transportasi online jika pelarangan diskon tarif benar-benar diberlakukan pemerintah.
Bernhart awalnya selalu menggunakan kendaraan pribadi setiap kali pergi bekerja, namun, saat ini dia beralih naik transportasi online untuk pergi dan pulang bekerja. Berhnar diketahui menyiapkan bujet Rp 30.000 hingga Rp 40.000 untuk taksi online. Jika rencana itu diberlakukan, dia akan lebih memilih naik ojek.
Pelarangan itu dirasa keberatan juga oleh pengguna bernama Marsya, sebab karena diskon tarif itulah yang dapat meringankan pengeluaran sehari-harinya.
"Sedih karena sebagai orang yang sering kesana kemari, ongkos transportasi itu esensial sekali," kata dia.
Dalam sehari, dia bisa menggunakan ojek online hingga empat kali. Jika diskon ojek online dihapus, kemungkinan dia akan mengurangi penggunaan naik ojek dan beralih transportasi lain seperti bus atau angkutan kota.