BI: Perekonomian Global dan Domestik Bakal Memburuk Jika Corona Tak Segera Diatasi!

- Kamis, 2 April 2020 | 13:37 WIB
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (Dok Bank Indonesia)
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (Dok Bank Indonesia)

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, situasi perekonomian global maupun domestik akan semakin memburuk jika pandemi virus Corona (Covid-19) tidak segera diatasi. 

Merujuk pada kinerja capital market pekan lalu, saat Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk menggulirkan insentif miliaran dolar AS untuk meredam dampak perekonomian di negaranya. 

Begitu pula Indonesia, di mana pemerintah pada pekan lalu telah mengumumkan sejumlah insentif fiskal guna mendorong daya beli masyarakat, dan menahan gelojak ekonomi akibat Covid-19 tersebut. 

Terlihat dengan situasi tersebut, kinerja IHSG dan juga rupiah mulai melakukan penguatan. Para investor merespon positif kebijakan-kebijakan global dan juga domestik.

Namun, sayangnya pada akhir pekan saat para pemudik dini mulai ramai diberitakan, serta pandemi Covid-19 di Indonesia yang meluas hingga ke 31 provinsi, maka kemudian kinerja saham dan rupiah kembali terdepresiasi. 

-
Presiden Joko Widodo didampingi Menlu Retno Marsudi dan Menkeu Sri Mulyani mengikuti forum KTT Luar Biasa G20 secara virtual dari Istana Bogor, Jawa Barat. (ANTARA/Muchlis Jr)

"Nah, kalau ini what-if-nya terjadi, penyebaran Covid-19 akan semakin meluas, tidak hanya di Jakarta, tapi juga ke daerah lain. Dalam konteks seperti itu tentu saja kemampuan pembiayaan untuk mengatasi berbagai langkah-langkah, perlu ada tambahan anggaran untuk kesehatan, perlu tambahan anggaran di bidang jaminan sosial masyarakat, perlu tambahan anggaran dan baik untuk pemulihan ekonomi, termasuk UMKM," ujar Perry dalam video confference, Kamis (2/4/2020). 

Perry bersyukur, dalam kondisi tersebut pemerintah bisa segera bertindak, salah satunya melalui penyusunan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu). Ia optimis, kondisi capital market dan juga perekonomian Indonesia akan lebih stabil ke depannya. 

"Dan itu lah kemudian di dalam kondisi yang UU yang ada membatasi kemampuan pemerintah, tidak hanya melakukan relokasi anggaran, tapi juga menambah anggaran yang ada. What if scenario ini kemudian menimbulkan keperluannya suatu deficit fiscal yang melebihi 3%," tuturnya. 

Oleh sebab itu, Perry cukup optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan sampai menyentuh angka 2,3 persen, seperti tercantum dalam skenario buruk yang disebut Perry sebagai What If skenario, asalkan segala tools yang dimiliki pemerintah bisa dijalankan dengan baik. 

"Kita terus berupaya agar pertumbuhan ekoni tidak jatuh di bawah 2,3 persen dengan langkah-langkah stimulus fiskal yang diputuskan dan juga bagaimana nanti yang berkaitan dengan fungsi bank sentral, fungsi OJK dan juga fungsi LPS," tuturnya. 

"Jadi sekali lagi, angka-angka makro ekonomi yang kemarin disampaikan itu sebagai what if scenario, bukan proyeksi. Di bidang pertumbuhan ekonomi,  kita sedang berusaha sangat keras, untuk mencegah agar pertumbuhan ekonomi tidak turun di bawah 2,3 persen," imbuhnya.

Artikel Menarik Lainnya

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X