Belum Hentikan Invasi ke Ukraina, AS Perpanjangan Sanksi kepada Rusia dan Belarus

- Minggu, 3 April 2022 | 02:13 WIB
Seorang warga New York menyandingkan bendera AS dan Ukraina sebagai bentuk penolakan invasi Rusia. (REUTERS/Eduardo Munoz)
Seorang warga New York menyandingkan bendera AS dan Ukraina sebagai bentuk penolakan invasi Rusia. (REUTERS/Eduardo Munoz)

Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengumumkan putaran baru pembatasan ekspor ke Rusia dan Belarus dengan menambahkan 120 entitas, terutama perusahaan bidang militer, ke daftar pengendalian perdagangan.

Ke-120 entitas tersebut masuk dalam daftar Departemen Perdagangan AS menyangkut pihak-pihak yang dilarang menerima teknologi sangat penting.

Penambahan daftar itu dilakukan setelah tindakan sama diambil AS baru-baru ini dalam upaya melemahkan militer Rusia sejak sejak Presiden Vladimir Putin menggulirkan invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari.

"Langkah yang diumumkan pada Jumat tersebut ditujukan untuk menurunkan kemampuan pertahanan, kedirgantaraan, maritim, dan sektor-sektor strategis lainnya milik Rusia dan Belarus sebagai tanggapan atas serangan brutal Rusia ke Ukraina yang berdaulat," kata Departemen Perdagangan AS, seperti disadur dari Reuters, Minggu (3/4/2022).

Baca Juga: Ukraina Berhasil Gagalkan Serangan Rudal Rusia di Odesa

Gedung Putih, kantor presiden AS, beranggapan bahwa langkah itu bisa mencegah teknologi dan perangkat lunak menjangkau sektor militer di Rusia dan Belarus. Pengendalian tersebut bergantung pada ketetapan Aturan Produk Langsung Asing.

Berdasarkan aturan tersebut, perusahaan harus membuat barang berteknologi tinggi dan rendah dengan menggunakan peralatan AS jika ingin mendapat surat izin dari Amerika Serikat sebelum dikirimkan ke Rusia. Dengan aturan itu, Departemen Perdagangan AS juga diperintahkan untuk menolak hampir semua permintaan surat izin.

Secara keseluruhan, Departemen Perdagangan telah memasukkan 260 entitas ke daftar tersebut sebagai tindakan terhadap invasi ke Ukraina, yang disebut Rusia sebagai "operasi khusus."

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X