Pinjaman Online, Bisnis yang Tetap Santuy di Tengah Pandemi Corona

- Senin, 20 April 2020 | 13:48 WIB
Ilustrasi pinjaman uang (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Ilustrasi pinjaman uang (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Di saat sektor usaha lain tengah mengalami tekanan akibat pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), penyedia jasa pinjaman online (Pinjol) atau Financial Technologi (Fintech) justru masih tetap santai dan belum merasakan gangguan dalam kinerjanya, terlebih hingga meng-PHK karyawannya. 

Ketua Bidang Humas dan Kelembagaan, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Tumbur Pardede mengatakan, sejak awal didirikan, perusahaan Fintech sudah memanfaatkan jumlah karyawan seefektif mungkin. Sebab, penghasilan platform sendiri merupakan fee dari transaksi yang tentunya hanya akan meningkat jika ada peningkatan peminjaman atau lending

"Apakah terdampak pada pengurangan? Di tempat saya, malah kita merekrut lebih banyak lagi tenaga customer service, call based, karena meningkatnya komunikasi dari pihak peminjam. Kita merekrut bebrapa tim untuk meng-assesst bagaimana kita mau berekspansi ke daerah-daerah baru. Jadi kalau kita berbicara dampak terhadap pengurangan karyawan, belum berdampak secara signifikan. Teman-teman P2P lending kita spesifik lakukan tugas-tugas yang meningkat," ujar Tumbur dalam video confference hari ini, Senin (20/4/2020).

Senada dengan itu, CEO/Co-Founder Tokomodal Chris Antonius mengatakan, terkait dengan krisis-krisis ekonomi yang terjadi dalam rentang waktu 8-10 tahun sekali, ia menyebut bahwa penyelenggara P2P lending relatif lebih aman, sebab mereka hanya bermain teknologi dan tidak terlalu banyak memiliki karyawan. 

Namun demikian, Chris tak memungkiri bahwa cukup banyak pula penyelenggara bisnis pinjaman online serupa yang terpaksa menutup usahanya sejak musim Covid-19 ini, sebab perusahaan-perusahaan yang tutup itu, mereka dimiliki oleh investor dari luar negeri. 

"Menurut saya ini cek kesehatan kali ya. Bisnis kita yang selama ini operate dari investor luar negeri dan konglomerat tapi tidak lakukan efisiensi, maka kita akan terkubur," tuturnya. 

Chris justru melihat, bisnis e-commerce saat ini mengalami peningkatan order, maka itu penyedia layanan paylater justru mengalami peningkatan permintaan. 

"Kalau dilihat dari polanya, kita lihat bisnis di e-commerce ada peningkatan order. Dari sini peningkatannya, saya yakin paylater permintaanya tinggi, tapi dibiayai atau tidak, balik lagi ke risk appaetite, balik lagi ke kesediaan platformnya," tuturnya. 

Wahyu Aribowo dari platform Kredivo juga mengakui bahwa jasa pembiayaan paylater saat ini mengalami trend peningkatan, terlebih karena bisnis paylater sangat terkait dengan e-commerce yang saat ini permintaannya tumbuh signifikan, menyusul adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). 

"Kami lakukan di bisnis air time, ditambah aturan PSBB, sehingga meningkat. Di sisi lain, kebutuhan basic needs meningkat. Tren paylater kita lihat balik lagi dari segi industri," pungkasnya.

Artikel menarik lainnya

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X