Hadapi Ketegangan Ekonomi, Indonesia Ajak ASEAN Perkuat Soliditas

- Jumat, 6 September 2019 | 11:39 WIB
ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Dalam menghadapi ketidakpastian global, Indonesia mengajak negara-negara ASEAN untuk terus memperkuat soliditas dan kerja sama intrakawasan. Tujuannya, untuk meredakan ketegangan hubungan ekonomi antarnegara di dunia yang berimbas negatif terhadap pertumbuhan ekonomi global, serta meningkatkan ketidakpastian iklim investasi.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukita dalam rangkaian ASEAN Economic Ministers' Meeting (AEM) ke-51 di Bangkok, Thailand, Jumat (6/9).

Dengan upaya ini, kata Menteri Enggartiasto, kerja sama intrakawasan dapat diperkuat dan tidak terpengaruh dengan ketegangan bilateral di perdagangan global yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China, atau pun Jepang dan Korea Selatan.

-
ANTARA/Indra Arief Pribadi

"Soliditas ASEAN itu terlihat sekali di sini. Kami juga akan berperan sebagai mediator untuk menjembatani, dan kita (ASEAN) sepakat tidak terlibat untuk kasus itu (ketegangan bilateral). Ada kebanggaan mengenai soliditas di ASEAN," katanya.

Dalam AEM ke-51 kali ini, terdapat berbagai rangkaian pertemuan tingkat tinggi bersama negara-negara mitra ASEAN, seperti ASEAN plus 3 (Cina, Jepang, dan Korea), ASEAN plus 6 (China, Australia, India, Jepang, Korea Selatan dan Selandia Baru), serta akan ada forum regional East Asian Summit yang di dalamnya terdapat Amerika Serikat dan Rusia.

Seperti diketahui, saat ini ketegangan hubungan dagang masih mewarnai hubungan AS dan China serta Korea Selatan dan Jepang. Kondisi ini telah menekan optimalisasi pertumbuhan ekonomi global dan memperlemah nilai perdagangan negara-negara di dunia.

-
ANTARA/Widodo S. Jusuf

Enggartiasto mengatakan setidaknya negara-negara ASEAN dalam AEM tidak akan terpengaruh dalam konflik politis bilateral antara negara-negara yang masih bersengketa. Bahkan, lanjutnya, dalam pertemuan makan malam menjelang pembukaan AEM di Kamis (5/9), ada gagasan yang menyatakan bahwa ASEAN sepakat untuk berupaya menjadi negara penengah dan tetap memprioritaskan kepentingan ASEAN.

"Ada kebanggaan mengenai soliditas ASEAN, apalagi dibandingkan kawasan lain yang suasananya penuh juga ketidakpastian seperti Uni Eropa dengan isu Brexit," ujarnya.

Dia menambahkan dalam hal ini Indonesia akan lebih mendorong penyelesaian janji-janji dan proses kesepakatan sebelumnya. Misalnya, proses penyelesaian naskah perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang sudah beberapa tahun masih belum terselesaikan.

-
ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Padahal, menurutnya, RCEP sangat dinantikan untuk menjadi perjanjian regional yang sangat bermanfaat bagi negara-negara ASEAN terutama untuk mereduksi imbas negatif dari perlambatan nilai perdagangan dan investasi di ekonomi global. Dia meyakini RCEP bisa disepakati negara-negara kawasan paling lambat November 2019.

Sebagai informasi, konferensi AEM akan resmi dibuka pada hari ini, Jumat (6/9). Sebelum pembukaan, Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha akan mengadakan pertemuan kehormatan dengan para Menteri perwakilan negara-negara AEM. Selanjutnya, rangkaian AEM ke-51 akan dilaksanakan pada 6 September hingga 11 September 2019 di Bangkok, Thailand.

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X