Dilema 'Belajar di Rumah', HP Ayah Dipakai Bergantian 3 Anak hingga Mahalnya Print Tugas

- Selasa, 28 Juli 2020 | 15:32 WIB
Ilustrasi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) belajar melalui siaran televisi TVRI. (INDOZONE/Febio Hernanto)
Ilustrasi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) belajar melalui siaran televisi TVRI. (INDOZONE/Febio Hernanto)

Sebuah cerita menyentuh terkait kebijakan belajar di rumah viral di media sosial. Bahkan, di-share ke WhatsApp Group.

Cerita tersebut menggambarkan betapa dilemanya kebijakan belajar di rumah yang diambil pemerintah menyusul adanya pandemi virus corona (Covid-19). Lantas seperti apa ceritanya?

Sebuah cerita diunggah akun Facebook Tangisan Rakyat Cilik awalnya dibagikan di dalam sebuah grup Facebook. Penulis berharap Mendikbud Nadiem Makarim dan pemerintah bisa membaca tulisannya.

Si penulis mengaku, awalnya sedang pergi ke warnet (warung internet) untuk mencetak sticker. Kemudian dia bertemu anak laki-laki berusia sekitar 12 tahun membawa beberapa lembar kertas buku tulis yang disobek. 

"Isinya tulisan2 seperti draft tugas sekolah. Dia tanya sama operator warnet, kalau ngetik draft ini dan ngeprint, berapa harganya. Kata si operator, biayanya sekitar 24 rb. Biaya ngetik dan biaya ngeprint. Begitu tau biayanya 24 rb.. anak itu diam... melongo. Di tangannya aku liat, dia hanya memegang uang 5 ribuan," cerita Tangisan Rakyat Cilik.

Kemudiam, penulis melihat raut wajah anak tersebut seperti bingung. Mungkin di satu sisi, tugas dari sekolah harus dikerjakan, di sisi lain tidak ada uang untuk nge-print.

"Anak itu pulang, dan janji akan kembali lagi. Tapi kertas tugasnya ditinggal. Aku minta kertas2 tersebut, dan aku baca. Ternyata tugas dari sekolahnya, membuat laporan kegiatan belajar di rumah selama pandemi berlagsung," tuturnya.

"Aku baca hingga selesai draft tersebut. Tata bahasanya bagus dan inti pokoknya juga tepat. Dia sampaikan beberapa kendala selama belajar di rumah. Hp hanya ada 1 milik ayahnya, sementara yg harus belajar menggunakan hp ada 3 orang. (Dia dan dua adiknya). Kebayang kan?" sambung dia.

Selanjutnya, si penulis bilang kepada operator warnet untuk mengetikan dan print tugas anak laki-laki tersebut. Biar nanti dia yang bayar, namun dia minta kepada si operator tak perlu memberitahu anak laki tersebut siapa yang membayar tugasnya.

"Nggak lama kemudian, si anak tadi datang, dan bilang sama si operator, meminta kembali draft yang tadi. Si operator bilang, bahwa tugasnya sedang diketik dan akan diprint. Anak itu bilang, tapi saya ngga ada uangnya. Dan si operator bilang, udah ada yg bayarin," tulisnya.

Saat membagikan tulisan tersebut, si penulis menegaskan jika dirinya bukan bermaksud ingin riya pamer bayarin tugas sekolah anak tersebut. Tapi, kebayang tidak berapa banyak anak yang mengalami hal seperti ini?

"Di saat orang tuanya kesulitan menutupi biaya hidup, ditambah lagi beban pulsa paket, beban ngetik tugas, ngeprint tugas? Kepada guru2, coba dipertimbangkan lagi. Memberi tugas memang harus, tapi disituiasi seperti sekarang ini? Kasihan anak2 tsb, mereka takut kalau tidak mengerjakan tugas, tapi untuk mengerjakan tugas itu butuh biaya yang tidak sedikit," paparnya.

-
Tangkapan layar cerita kebijakan belajar di rumah yang membebani siswa dan orangtua. (Facebook/Tangisan Rakyat Cilik)

Dia pun berharap agar situasi pandemi corona segera berakhir, sehingga anak-anak bisa kembali ke bangku sekolah, tanpa membebani orang tuanya dengan pengeluaran-pengeluaran ekstra.

Tulisan ini dibuat sang penulis dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli 2020 yang lalu. Netizen pun ikut merasakan keprihatinan kepada orangtua yang harus mengeluarkan biaya ekstra dari pemberlakukan Kebijakan Sekolah di Rumah atau sekolah secara daring.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X