Iran Ambil Sikap Soal Presiden Prancis Hina Islam, Namun Tak Ikut Boikot Produk

- Selasa, 27 Oktober 2020 | 14:18 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Instagram @emmanuelmacron)
Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Instagram @emmanuelmacron)

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif turut berkomentar terkait pernyataan Presiden Prancis yang menyebutkan Islam adalah agama yang mengalami krisis. 

"Muslim adalah korban utama dari 'kultus kebencian'," ucap Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, dalam cuitannya di akun Twitter miliknya seperti yang dikutip dari Reuters.

Menurutnya, pernyataan itu merupakan penyalahgunaan kebebasan bicara. Ia juga mengatakan pernyataan itu dapat memicu ekstremisme.

"Menghina 1,9 miliar Muslim dan kesucian mereka untuk kejahatan menjijikkan dari ekstremis semacam itu adalah penyalahgunaan kebebasan berbicara. Itu hanya memicu ekstremisme," tambahnya.

Macron memimpin penghormatan kepada seorang guru sejarah yang dipenggal kepalanya bulan ini oleh seorang remaja Chechnya karena menunjukkan karikatur Nabi Muhammad di kelas, menyatakan perang terhadap "separatisme Islam", yang dia yakini mengambil alih beberapa komunitas Muslim di Prancis.

Tidak seperti beberapa negara Muslim, para pemimpin ulama Iran tidak menyerukan pemboikotan barang-barang Prancis. Tetapi beberapa pejabat dan politisi Iran, termasuk kepala parlemen dan pengadilan, telah mengutuk Macron karena Islamofobia.

Ali Shamkhani, sekutu dekat otoritas tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei mengatakan perilaku irasional Macron menunjukkan kekasarannya dalam politik.

"Kalau tidak, dia tidak akan berani memeluk Islam dalam pencariannya untuk kepemimpinan di #Eropa," cuit Shamkhani, sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.

Sejak menyampaikan pernyataan provokatif dan kontroversial, Presiden Prancis Emmanuel Macron menuai banjir kecaman. Bahkan, sejumlah negara menyerukan boikot terhadap Prancis.

Namun bukannya menyadari, Presiden Macron justru balik menyerang dan menuding gerakan boikot tersebut sebagai dorongan minoritas radikal yang tidak berdasar.

"Seruan untuk boikot dan serangan terhadap negara kami yang didorong oleh minoritas radikal tidak berdasar dan harus segera dihentikan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis Agnes von der Muhll dalam sebuah pernyataan dilansir dari Anadolu Agency, Senin (26/10/2020).

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X