Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher turut menyoroti tingginya kadar paracetamol di Teluk Jakarta. Menurut dia hal ini menunjukkan buruknya pengelolaan limbah farmasi.
"Tingginya kadar paracetamol tentu berbahaya bagi kehidupan biota laut dan juga manusia yang mengonsumsi makanan dari laut. Kondisi ini menunjukkan cara pengelolaan limbah farmasi yang buruk dan tidak tertata dengan baik," ungkap Netty di Jakarta, Rabu (6/10/2021).
Dia berkata pengelolaan limbah farmasi harus menjadi perhatian pemerintah, apalagi pada saat pandemi, di mana konsumsi obat-obatan meningkat yang berdampak pada tingginya limbah.
Oleh sebab itu, Politisi PKS ini mendorong pemerintah agar mengatur tata kelola limbah farmasi dengan tegas, terutama pengelolaan limbah cair, baik yang diproduksi rumah tangga maupun pabrik.
"Sikap tegas diperlukan agar tidak berdampak buruk pada kerusakan lingkungan. Harus ada sanksi bagi rumah tangga, apartemen, industri dan lain-lain yang membuang limbah cair sembarangan," jelas Netty.
Tak hanya sanksi, kata Netty, pemerintah juga harus melakukan edukasi kepada publik terkait pemakaian produk farmasi yang benar.
“Edukasi dan sanksi akan membuat masyarakat lebih bertanggung jawab soal pengelolaan limbah. Sisa obat yang tidak digunakan tidak boleh dibuang sembarangan," ungkap Netty.
Lebih lanjut Netty meminta agar pemerintah DKI segera melakukan investigasi penyebab tingginya kadar parasetamol di perairan Teluk Jakarta.
“Apakah ini akibat konsumsi masyarakat yang tinggi atau memang berasal dari industri atau rumah sakit yang sistem pengelolaan air limbahnya sembarangan. Tindak tegas apabila terjadi kelalaian agar menjadi pelajaran bagi yang lainnya tentang pentingnya menjaga lingkungan," tutupnya.
Artikel Menarik Lainnya:
-
Lawan Italia di Semifinal UEFA Nation League, Roberto Mancini Waspadai Kekuatan Spanyol
-
Tak Disangka, Skrip Film 'Squid Game' Pernah ditolak 10 Tahun oleh Studio Lokal Korsel
-
Menjabat Jadi Gubernur Jakarta, Anies Merasa Seperti Tahanan Kota