Perdana Menteri Boris Johnson serta Partai Konservatif tampil sebagai pemenang pemilu Inggris (United Kingdom (UK), yang dipercepat. Kemenangan mutlak ini, diprediksi semakin memperlancar keluarnya Inggris dari Uni Eropa pada akhir tahun mendatang.
Dari hasil pemilihan umum yang perhitungan hingga dini hari, Partai Konservatif mendapatkan 365 kursi, Partai Buruh memenangkan 203 kursi, Partai Nasional Skotlandia 48, Demokrat Liberal 11, sementara sisa nya sebanyak 23 diraih oleh Partai kecil.
Pengamat Politik Ingiris Jason Marc menegaskan, dengan kemenangan PM Boris Johnson ini. pemerintah Inggris telah mempunyai kekuasaan penuh untuk menentukan nasib rakyat Inggris yang telah memilih untuk keluar dari Uni Eropa.
Ia memperkirakan rencana keluar dari EU pada 31 Januari bisa terlaksana dengan baik.
"Boris berjanji tidak akan mengecewakan pemilih yang telah percaya kepadanya untuk menyelesaikan persoalan negara ini yaitu harus keluar dari Uni Eropa," ujarnya seperti dilansir Kantor Berita Antara.
PM Boris menegaskan, dirinya akan bekerja 'siang malam' untuk membayar kepercayaan para pemilih sesudah Partai Konservatif meraih kursi mayoritas yang terbesar sejak kemenangannya tahun 1987.
Ia mengatakan, kemenangan mutlak Partai Konservatif dari lawan beratnya Partai Buruh, memberi, mandat penuh bagi dirinya untuk menuntaskan Brexit, yang selama ini terganjal di parlemen.
Pemilu tahun ini digelar setelah PM Boris Johnson meminta pemilu dipercepat karena parlemen terus menghalangi rencananya untuk meninggalkan Uni Eropa. Selama kampanyenya Boris, berfokus isu tuntaskan Brexit.
Dilansir BBC Indonesia, kunci kemenangan Boris adalah dengan melakukan kampanye dengan mendekati para pemilih tradisional yang tinggal di daerah pemilihan yang memilih Brexit, yang selama ini mendukung Partai Buruh agar beralih ke Partai Konservatif.
