Maulana Suryadi Sempat Minta Maaf ke Ibu Sebelum Meninggal Saat Demo

- Jumat, 4 Oktober 2019 | 11:22 WIB
ANTARA/HO/Dok. Keluarga
ANTARA/HO/Dok. Keluarga

Maulana Suryadi atau biasa disapa Yadi (23), salah satu pendemo yang meninggal dunia usai unjuk rasa ricuh di sekitar Gedung DPR/MPR RI Jakarta Pusat, Rabu (25/9). Ibunya, Maspupah (50) menuturkan kisah pilu sang anak sebelum meninggal. Dengan nada pilu, Maspupah menceritakan Yadi sempat memijat badannya seraya meminta maaf dan mencium tangan.

"Terus cium tangan, maafin Yadi ya, Bu. Cium tangan lagi," kata Maspupah di Jakarta, Jumat (4/10).

Selain itu, Maspupah mengisahkan temannya Yadi bernama Aldo yang bercerita ditangkap petugas kepolisian saat berunjuk rasa di sekitar Slipi, Jakarta Barat.

"Temannya baru keluar itu si Aldo, di dalam penjara katanya. Tangkapnya berdua sama Yadi. Saya tanya sama Aldo bagaimana kejadiannya," ujar Maspupah.

-
ANTARA/HO/Dok. Keluarga

Berdasarkan penjelasan Aldo, Maspupah mengatakan saat itu Aldo dan Yadi berdemo di jalan layang Slipi. Keduanya lantas ditangkap polisi dan dimasukkan ke dalam mobil.

Di dalam mobil terdapat beberapa orang, kemudian Aldo dan Yadi tidak sadarkan diri. Setelah siuman Aldo sudah berada di dalam penjara, sedangkan keberadaan Yadi tidak diketahui.

Polisi kemudian menghubungi Maspupah menanyakan keberadaannya. Saat itu, Maspupah sudah berada di rumah usai pulang kerja. Pada Kamis (26/9) sekitar pukul 20.00 WIB, Maspupah kedatangan delapan orang yang menumpang dua mobil dan terlihatlah jasad Yadi.

-
Pemakaman Maulana Suryadi/Dok. Keluarga

"Polisi ngajak makan dulu. Nggak ah makasih udah kenyang. Polisi bilang Maulana sudah gak ada, sabar ya. Saya kaget, nangis. Orang dia masih keadaan sehat," ujar Maspupah.

Maspupah juga sempat ke Rumah Sakit Polri Kramatjati Jakarta Timur untuk mengurus jasad Yadi dengan disodorkan surat pernyataan mengenai penyebab kematian Yadi. Menurut Maspupah, surat pernyataan itu berisi Yadi meninggal dunia akibat terkena gas air mata dan penyakit asma.

"Abis itu saya dipanggil sama polisi ke kamar, ngasih amplop buat ngurus biaya jenazah Yadi, Rp10 juta. Saya nggak banyak omong, takut," cerita Maspupah.

Maspupah juga melihat jasad Yadi yang mengeluarkan darah dari telinga bahkan ia sempat menanyakan hal itu. Namun jawaban dari petugas, Yadi meninggal disebabkan karena penyakit asma. Saat dimakamkan pun, tidak ada petugas kepolisian yang hadir dan jasad mengeluarkan darah.

-
Ilustrasi unjuk rasa mahasiswa/ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Wanita berusia 50 tahun itu mengungkapkan teman Yadi bernama Aldo sempat mendekam di penjara selama tiga hari dan membantah ikut demo. Ibu korban menyatakan tidak terima jika Yadi dipukuli hingga meninggal dunia karena dituduh ikut demo yang berujung ricuh.

"Dia cerita bukan demo, cuma lihat. Dunia akhirat saya tidak terima. Tapi kalau anak saya meninggal karena dari Allah, saya ikhlas," ujar Maspupah.

Wanita yang bekerja menjaga lahan parkir itu mengakui putranya mengidap asma karena turunan dari sang ayah. Bahkan, terkadang Yadi merasakan sesak napas saat kambuh. Maspupah mengatakan suaminya sudah meninggal dunia sehingga Yadi menjadi tulang punggung untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran Toko di Mampang Semalam, 7 Orang Tewas

Jumat, 19 April 2024 | 14:25 WIB
X