Alasan Mayoritas Orang Sering Kebablasan Belanja Barang Diskon

- Kamis, 8 Agustus 2019 | 15:17 WIB
photo/Ilustrasi/Pixabay
photo/Ilustrasi/Pixabay

Bagi sebagian orang, belanja adalah hiburan. Tapi jauh lebih banyak orang menjadikan belanja sebagai salah satu kebutuhan. Saking seringnya belanja, sampai-sampai ada yang menjadi kecanduan.

Di satu sisi, fenomena ini memang menguntungkan para pedagang. Hampir semua pedagang akan membuat trik pemasaran agar barang-barang yang dijualnya habis terjual. Salah satunya dengan memberi diskon atau obral besar-besaran.

Apalagi, mendekati hari-hari besar seperti Lebaran, Natal, dan Tahun Baru, hampir semua pusat perbelanjaan akan menawarkan diskon. Bahkan, mereka menggelar 'midnigt sale' di akhir pekan. Inilah yang kemudian menarik perhatian pembeli untuk berlama-lama di dalam mall. 

Yang awalnya hanya berniat membeli satu atau dua barang saja, tiba-tiba barang yang dibeli berjumlah jauh lebih banyak. Dari sekian banyak barang itu, belum tentu semuanya benar-benar dibutuhkan. Ya inilah fenomena yang terjadi, diskon bisa 'menggelapkan' mata.

Dirangkum Indozone dari berbagai sumber, Rabu (8/8), berikut ini beberapa alasan mengapa mayoritas orang sering kebablasan dan tidak bisa mengontrol keinginan berbelanja barang diskon:

1. Potongan harga besar jadi menguntungkan

-
ANTARA FOTO/R. Rekotomo

Banyak orang yang berpendapat seperti ini, padahal barang-barang yang dibeli saat diskon tersebut kemungkinan tidak dipakai setelah dibeli. Ini sama-sama membuang uang, kan? Inginnya dapat untung, eh malah jadi rugi dong.

2. Sulit menahan keinginan

-
photo/Ilustrasi/Pixabay

Alasan kedua adalah cenderung sulit untuk mengatakan tidak, apalagi jika anak atau istri minta dibelikan sesuatu untuk hiburan semata. Salah satu cara untuk mengurangi kebiasaan ini yaitu dengan merencanakan kegiatan bersama yang lebih positif. Misalnya, menghabiskan waktu dengan keluarga, pergi berlibur, atau menjalankan ritual agama.

3. Gaya hidup konsumtif 

-
photo/Ilustrasi/Pixabay

Lama-kelamaan, seseorang dengan gaya hidup konsumtif akan mengalami masa-masa sulit dan tak jarang mereka bisa bangkrut karena kehabisan uang. Untuk yang satu ini memang sulit dirubah kecuali dari diri orang itu sendiri. Sebaiknya, sesuaikan gaya hidup dengan kemampuan finansial. Jangan sampai, lebih besar pengeluaran daripada pemasukan.

4. Tidak membuat daftar belanjaan

-
photo/Ilustrasi/Pixabay

Berbelanja tanpa catatan belanja itu seperti membiarkan diri masuk ke dalam jurang. Bagaimana tidak, orang yang pergi ke pusat perbelanjaan tanpa catatan barang yang akan dibeli, cenderung membeli sesuatu yang menarik di mata. Setelah dibeli, toh baru menyadari kalau barang-barang itu tidak bermanfaat.

5. Dipicu rasa ingin terlihat lebih

-
photo/Ilustrasi/Pixabay

Salah satu sifat manusia yang lumrah dan sangat mudah dipicu adalah rasa kompetitif, di mana ingin terlihat lebih di mata orang lain. Ini jelas-jelas akan merugikanmu sendiri, sementara orang lain mungkin hanya menilai biasa-biasa saja atau bahkan tidak peduli. Namun, tak bisa dipungkiri juga, sifat ini dipicu lantaran ketakutan akan ditolak oleh lingkungan sekitarnya.

6. Membayar dengan kartu kredit

-
photo/Ilustrasi/Pixabay

"Ah gampang, nanti kan tinggal gesek pakai kartu kredit aja. Bulanannya tinggal dicicil deh". Kebanyakan orang mungkin punya pemikiran seperti itu. Kenyataannya, orang-orang yang hidup mengandalkan kartu kredit memang cenderung berbelanja lebih dari yang mereka inginkan. Perlu diingat, menggunakan kartu kredit tentu boleh-boleh saja, tapi sebaiknya tidak disalahgunakan.

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X