Di tengah gelombang kedua Covid-19 dan jumlah pasien Covid-19 yang terus membludak, banyak orang dengan ringan hingga sedang melakukan isolasi di rumah.
Meskipun banyak dari mereka tidak membutuhkan kebutuhan medis, kecuali demam dan batuk, semakin banyak pasien yang beralih ke pengobatan sendiri.
Bahkan ketika mereka memiliki pilihan untuk berkonsultasi dengan dokter, banyak yang melewatkan anjuran dokter dan menggunakan antibiotik tanpa ada dari pakar kesehatan.
Dilansir dari India Times, Jumat (14/5/2021), sejak awal dokter telah mencoba menggunakan kembali obat yang ada untuk mengobati Covid-19 dan sejauh ini tidak ada yang terbukti efektif.
Baca juga: Wanita Ini Berbaring di Peti Mati, Undang Temannya Agar Merasakan Pengalaman Kematian
Semuanya dimulai dengan Hydroxychloroquine, diikuti oleh remdesivir, fabiflu, ivermectin, serta untuk beberapa nama lainnya.
Meskipun dokter berulang kali mengatakan bahwa obat-obatan ini tidak banyak berpengaruh pada pasien Covid-19, hiruk-pikuk di sekitar mereka membuat orang-orang masih membelinya bahkan dengan harga yang tinggi dan bahkan tanpa resep yang tepat.
Faktanya, obat anti-virus Favipiravir, yang dipasarkan oleh Glenmark yang berbasis di Mumbai sebagai Fabiflu, telah meroket ke peringkat merek farmasi terlaris pada bulan April untuk pertama kalinya di pasar ritel domestik.
Ivermectin juga melihat kegilaan serupa dengan dua negara bagian, Goa dan Uttarakhand sudah mengumumkan bahwa tablet akan didistribusikan ke semua orang di negara bagian tersebut.
Kekhawatiran pakar akan kondisi itu membuat mereka berpikir akan kesehatan orang-orang yang menggunakan obat-obatan tanpa adanya resep dari dokter. Dan hal itu jelas ketika obat anti-virus itu laris dalam waktu singkat di tengah gelombang Covid-19 kedua.
