Para Pemuda Harap Krisis Iklim Jadi Prioritas Politik di Indonesia

- Rabu, 27 Oktober 2021 | 16:07 WIB
Aktivis melakukan aksi di Dukuh Atas, Jakarta. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Aktivis melakukan aksi di Dukuh Atas, Jakarta. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Krisis iklim memang menjadi salah satu topik yang cukup menarik perhatian dunia dalam beberapa tahun terakhir. Maka dari itu, para anak muda Indonesia pun sangat berharap krisis iklim menjadi perhatian khusus dalam perpolitikan di Indonesia.

Hal tersebut terbukti dalam survei yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia dan Yayasan Indonesia Cerah  jelang memperingati 92 tahun Sumpah Pemuda. Dalam survei ini, mayoritas pemuda memiliki rasa kekhawatiran tinggi terhadap permasalahan tersebut.

Tak hanya menyatakan kekhawatiran dan mendesak pemerintah mengambil tindakan, responden juga rela membayar biaya tambahan per bulan untuk mengatasi krisis iklim. Sebanyak 43% anak muda rela merogoh kocek maksimal Rp 30 ribu per bulan untuk mitigasi perubahan iklim di Indonesia.

Menurut politis Gerinda Rahayu Saraswati yang ikut hadir dalam peluncuran hasil survei ini, survei ini dapat menjadi bekal bagi para politis untuk bisa mengangkat isu krisis iklim ke jenjang lebih serius.

"Survei ini adalah bekal dan data yang dapat kami bawa sebagai politisi milenial untuk memperjuangkan isu krisis iklim di partai," ungkap Rahayu, dalam rilis yang diperoleh oleh Indozone, Rabu (27/10/2021).

"Realitanya, sedikit sulit untuk memperjuangkan isu ini di lapangan. Tetapi banyak partai yang membicarakannya. Berbicara dengan mayoritas DPR sekarang yang usianya di atas milenial banyak yang belum melihat ini sebagai hot issue," sambungnya.

Sementara bagi Putra Nababan politisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, survei itu dapat menjadi motor pengerak bagi para anak muda untuk bisa terlibat aktif dalam memperjuangan isu krisis iklim yang sedang terjadi.

"Survei ini sesuai dengan ekspektasi saya bahwa Gen Z dan Milenial mengerti tentang isu ini. Kesadaran itu belum merata baik di DPR, pemerintahan, partai politik , media dan masyarakat. Ini calling kita sebagai anak bangsa untuk bergerak," terang Putra.

Survei dilakukan secara tatap muka dengan metode stratified multistage random sampling. Jumlah sampel yang mencapai sebanyak 4.020 responden terdiri atas 3.216 responden usia 17-26 tahun dan 804 responden usia 27-35 tahun. Teknik sampling disusun sedemikian rupa agar dapat mewakili seluruh penduduk Indonesia dengan rentang usia 17-35.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X