Kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh Vlogger dan YouTuber asal Bali, Turah Parthayana mengagetkan banyak orang. Para penggemar tidak menyangka kalau idolanya sampai hati melakukan perbuatan tercela tersebut.
Jehian Panangian Sijabat selaku manajer dari Turah Parthayana angkat bicara. Dia mengonfirmasi bahwa memang benar Turah Parthayana melakukan tindakan pelecehan seksual pada November 2019 silam.
Jehian mengunggah Surat Pernyataan dari Ketua PPI/Permira Tomsk, Gokma Sahat Tua Sinaga bahwa memang benar Turah Parthayana melakukan tindakan pelecehan seksual secara terencana dan disadari.
Turah disebut melakukan pelecehan seksual terhadap korban berinisial J pada hari Sabtu, 23 November 2019 silam. Pelecehan ini terjadi di kamar 430 asrama Parus.
Pada November 2019, Turah Parthayana tidak menyangkal pengakuan pelecehan seksual yang dilakukan olehnya.
Hingga kemarin, aku tidak tahu kejadian ini. Tulisan ini disusun berdasarkan hasil percakapan telpon aku dengan @sandi_sa119 , Gokma (ketua PPI Tomsk), dan Turah sendiri.— Jehian Panangian Sijabat (@jehianps) August 6, 2020
Gokma mengatakan bahwa pihaknya telah memberikan sanksi sosial kepada Turah Parthayana dan memberikan dukungan moral kepada korban.
Jehian menegaskan dia sangat membenci pelecehan seksual. Namun, menurutnya Turah bukanlah orang yang akan lari dari kesalahannya dan akan bertanggung jawab penuh terkait masalah ini.
Modus pelecehan seksual yang dilakukan oleh Turah adalah mengajak korban, JA menonton film horor bareng di kamar.
Aku akan mulai dengan surat pernyataan ini. Nama korban saya sensor untuk melindungi nama baik. Surat ini dibuat beberapa hari setelah kejadian pengakuan pelecehan yang melibatkan TP (Turah) dan JA (korban). Surat ini menyatakan bahwa TP telah melakukan pelecehan terhadap JA. pic.twitter.com/b3cGgG1cy7
— Jehian Panangian Sijabat (@jehianps) August 6, 2020
"Setelah hari nonton bersama, JA mengaku telah mengalami pelecehan seksual oleh TP pada saat aktivitas menonton. Menurut pengakuan JA, TP melakukan 3 sentuhan seksual tanpa persetujuan JA," kata Jehian, Kamis (6/8/2020).
Ketika dilakukan pertemuan untuk mengklarifikasi isu ini, Turah Parthayana tidak menyangkal/membantah sama sekali pengakuan JA, dan bersedia untuk menerima sanksi.
Sanksinya adalah Turah dikeluarkan dari kepanitiaan yang sedang ia jalani (disertai dengan pengunduran diri dari PPI Tomsk). Selain itu, Turah juga harus pindah kamar dan dilarang melakukan kontak dengan korban, JA.
Pada akhirnya, menurut Jehian Turah pindah dari asrama dan tinggal di apartemen lain. Sanski selanjutnya adalah dikeluarkan surat pernyatan dan disebar ke mahasiswa Indonesia di Rusia.
"Menurut Gokma, pada pertemuan 1 TP menyesali perbuatannya, meminta maaf, dan bersedia melakukan sanksi dari pihak JA. Keesokan harinya, surat pernyataan tersebut disebar kepada mahasiswa Indonesia di Tomsk. (Gokma berkata seharusnya surat hanya beredar di Tomsk.)" lanjut Jehian.