Para Pelajar Perempuan Afghanistan Protes Usai Penutupan Sekolah oleh Taliban

- Senin, 12 September 2022 | 13:06 WIB
Pelajar Afghanistan (REUTERS/Zohra Bensemra)
Pelajar Afghanistan (REUTERS/Zohra Bensemra)

Para gadis di Afganistan Provinsi Paktia melakukan protes setelah pemerintah Taliban menutup sekolah selang beberapa hari kelas baru saja dimulai.

Diperkirakan 3 juta siswa Sekolah Menengah Pertama (Secondary School) tidak bisa pergi ke sekolah lebih dari setahun hingga saat ini.

Penutupan tersebut diketahui berdasarkan pemberitahuan Kementerian Pendidikan setempat yang mengatakan pada hari Rabu sekolah untuk anak perempuan akan ditutup sampai rencana disusun sesuai dengan hukum Islam dan budaya Afghanistan.

“Kami memberi tahu semua sekolah menengah putri dan sekolah yang memiliki siswa perempuan di atas kelas enam bahwa mereka libur sampai pesanan berikutnya,” kata pemberitahuan itu seperti dikutip Bakhtar News Agency, sebuah kantor berita pemerintah.

"Ya, itu benar," kata juru bicara Taliban Inamullah Samangani kepada AFP mengkonfirmasi laporan bahwa gadis-gadis telah diperintahkan pulang.

Taliban diduga mengingkari janjinya yang memperbolehkan edukasi dan kesempatan kerja untuk wanita, hal itu tentu menentang hak asasi wanita. Seperti membawa memori buruk kembali pada tahun 1996-2001, rentang tahun edukasi untuk wanita dilarang.

Diketahui, pada akhir Agustus, seorang pemimpin Taliban mengatakan bahwa dasar dari perlakuan ini karena Taliban sedang mencoba membentuk “lingkungan aman” untuk wanita dan para gadis di tempat kerja dan lingkungan sekolah. Ia menambahkan, Islam memperbolehkan wanita untuk mengenyam pendidikan, bekerja, dan berusaha.

Sedangkan, pada bulan ini, empat siswi di ibu kota Paktia, Gardez, dan satu di distrik Samkani mulai melakukan kegiatan pembelajaran setelah mendapat rekomendasi dari tetua suku dan kepala sekolah, tapi tanpa izin resmi dari Kementerian Pendidikan Taliban.

Saat murid di Gardez pergi untuk kelas di hari Sabtu, mereka diberi imbauan untuk pulang. Hal itu membuat publik geram, sehingga di media lokal dan sosial terdapat foto para gadis mengenakan seragam sekolahnya melangsukan protes di pusat Gardez.

"Kenapa Anda menutup sekolah kami? Kenapa kalian bermain-main dengan perasaan kami?” ujar salah satu gadis sambil menangis dari suatu video.

Pihak berwenang mengatakan penutupan berkaitan dengan “isu teknis” dan kelas akan dimulai jika kurikulum berdasarkan peraturan islam didirikan.

Setahun setelah Taliban mengambil alih Afghanistan, beberapa sekolah publik mulai beroperasi di sejumlah bagian negara mengikuti imbauan dari pemimpin lokal dan keluarga.

Sejumlah sekolah tersebut terus ditutup di beberapa provinsi, termasuk Ibu Kota Kabul, juga Kandahar. Taliban juga memaksakan pelarangan atas pergerakan wanita dan membuat peraturan agar wanita menutup diri dari kepala hingga mata kaki.

Sejak berkuasa, Taliban kelihatan sangat bersusah payah memimpin sebab secara diplomatis terisolasi. Pembekuan biaya Afghanistan bernilai miliaran dollar dari Barat.

Halaman:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X