Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatatkan curah hujan ekstrem terkonsentrasi di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Barat, sehingga membuat berbagai kawasan mengalami banjir.
Paling tidak, pengukuran BMKG menunjukkan curah hujan tertinggi tercatat di Bandara Halim Perdana Kusuma 377 mm/hari, di TMII 335 mm/hari, Kembangan 265 mm/hari, Pulo Gadung 260 mm/hari, Jatiasih 260 mm/hari, Cikeas 246 mm/hari, dan di Tomang 226 mm/hari.
Sebaran curah hujan ekstrem tersebut, terutama di curah hujan 377 mm/hari di Halim Perdanakusuma adalah rekor baru sepanjang ada pencatatan hujan di Jakarta, sejak pengukuran pertama kali dilakukan pada 1866.
Dalam analisisnya, BMKG menegaskan, penguatan monsun asia dan indikasi jalur daerah konvergensi massa udara/pertemuan angin monsun intertropis (ITCZ) tepat berada di atas wilayah Jawa bagian utara memicu pertumbuhan awan yang cepat, tebal, dan masif akibat penguapan dari lautan sekitar Pulau Jawa.
Paling tidak, Monsun Asia ini, menyebabkan terjadinya peningkatan pasokan massa udara basah di wilayah Indonesia, karena terbentuknya pola konvergensi dan terjadinya perlambatan kecepatan angin di beberapa wilayah.
Suhu permukaan laut di sekitar wilayah perairan yang hangat, menambah pasokan uap air cukup tinggi untuk mendukung pembentukan awan hujan, serta diperkuat dengan adanya fenomena gelombang atmosfer (Equatorial Rossby Wave dan Kelvin Wave) yang signifikan di sekitar wilayah Indonesia.
Kodisi tersebut, ditegaskan BMKG, bisa sebagai penyebab individual atau kombinasi antar beberapa feomena atmosfer sekaligus yang bikin cuaca ekstrem di beberapa wilayah Indonesia.
Dari data pemantauan 43 tahun terakhir di wilayah Jabodetabek, curah hujan harian tertinggi per tahun mengindikasikan tren kenaikan intensitas 10-20 mm per 10 tahun.
Artikel Menarik Lainnya:
- Ambu dan Kucumbu Tubuh Indahku Wakili Indonesia dalam Ajang APFF
- Cegah Banjir Jabodetabek, Modifikasi Cuaca Dilakukan Hari Ini
- Perhimpunan Dokter Beri Imbauan 8 Cara Menjaga Kesehatan saat Banjir