Setelah Pertemuan G20, Trump Siap Menaikkan Tarif Impor Pada China

- Selasa, 11 Juni 2019 | 09:51 WIB
shutterstock.com
shutterstock.com

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump siap menaikkan tarif impor China, jika pertemuan puncak Kelompok 20 (G20) akhir bulan ini tidak menemukan titik kesepakatan dengan Presiden China.

Trump utarakan ingin sekali bertemu dengan Presiden Xi Jinping pada KTT 28-29 Juni mendatang di Osaka, Jepang. Namun, China sendiri belum mengkonfirmasi untuk pertemuan tersebut.

Beberapa bulan yang lalu perundingan terus dilakukan untuk menyelesaikan perang dagang antara AS-China di Washington, dan berakhir dengan jalan buntu.

Presiden Amerika Donald Trump mengancam akan menaikan tarif 300 miliar dolar AS atas barang-barang impor dari China setelah pertemuan para pemimpin ekonomi terbesar dunia.

Dalam komentarnya kepada wartawan pada Senin (10/6/2019), Trump mengatakan dia masih ragu akan pertemuannya dengan Xi akan terjadi.

“Kami dijadwalkan untuk berbicara dan bertemu. Saya pikir hal-hal menarik akan terjadi. Mari kita lihat apa yang terjadi," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.

Kementerian luar negeri China mengatakan bahwa China terbuka untuk pembahasan perdagangan dengan Washington, tetapi tidak ada yang mengumumkan tentang kemungkinan pertemuan.

Sebelumnya, Amerika Serikat telah mengenakan tarif 25 persen untuk barang China senilai 250 miliar dolar AS.

Ketegangan antara Washington dan Beijing meningkat tajam pada Mei setelah pemerintah Trump menuduh China telah mengingkari janji untuk membuat perubahan ekonomi struktural selama berbulan-bulan pembicaraan perdagangan.

Amerika Serikat sedang mencari perubahan besar, termasuk diakhirinya transfer teknologi paksa dan pencurian rahasia dagang AS. Mereka juga ingin membatasi subsidi untuk perusahaan milik negara China dan akses yang lebih baik untuk perusahaan-perusahaan AS di pasar China.

Pada 10 Mei Trump menaikkan tarif 200 miliar dolar AS barang-barang China menjadi 25 persen dan mengambil langkah untuk memungut bea tambahan 300 miliar dolar AS atas impor dari China. Beijing membalas dengan kenaikan tarif pada daftar revisi 60 miliar dolar AS barang-barang AS.

Pemerintah AS juga membuat marah China dengan memasukkan Huawei Technologies Co Ltd ke dalam daftar hitam yang secara efektif melarang perusahaan-perusahaan AS untuk melakukan bisnis dengan perusahaan China, pembuat peralatan telekomunikasi terbesar di dunia.

Investor khawatir China akan membalas dengan menempatkan perusahaan-perusahaan AS dalam daftar hitam atau melarang ekspor logam-logam tanah jarang ke Amerika Serikat, yang digunakan dalam produk-produk seperti chip memori, baterai isi ulang, dan ponsel.

Fitch Ratings mengatakan pada Senin (10/6/2019) setiap langkah seperti itu akan mengganggu sektor teknologi AS dan dapat merugikan beberapa sektor China juga, meskipun ia menambahkan bahwa masih terlalu dini untuk menilai potensi implikasi pada peringkat kredit.

Dalam sebuah wawancara dengan CNBC, Trump mengatakan perselisihan Huawei dapat diatasi sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan dengan China.

Meningkatnya perang dagang antara dua ekonomi terbesar di dunia telah membuat pasar keuangan gelisah dengan kekhawatiran bahwa hal itu dapat mengganggu lebih lanjut manufaktur global dan rantai pasokan serta mendorong ekonomi global yang sudah melambat ke dalam resesi.

Pada Minggu (9/6/2019), Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde mengatakan penyelesaian ketegangan perdagangan saat ini harus menjadi prioritas utama bagi ekonomi G20.

China melaporkan pada Senin (10/6/2019) bahwa ekspornya secara tak terduga tumbuh 1,1 persen pada Mei dari tahun lalu meskipun tarif AS lebih tinggi, tetapi impor turun paling besar dalam hampir tiga tahun. Beberapa analis mencurigai eksportir China mungkin telah melakukan pengiriman ke Amerika Serikat untuk menghindari potensi tarif baru AS.

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X