Psikolog Seksual: 'Crossdressing' Belum Tentu Penyimpangan Seksual

- Rabu, 16 Oktober 2019 | 13:07 WIB
photo/Flickr/Instagram/@jamie.ellie.mtf
photo/Flickr/Instagram/@jamie.ellie.mtf

Psikolog seksual Zoya Amirin mengatakan para pelaku 'crossdressing' belum tentu mengalami penyimpangan seksual karena banyak sekali motif di balik perilaku individu yang gemar berpenampilan berbeda daripada gendernya sendiri. Menurutnya, 'crossdressing' saat ini lebih kepada penyaluran ekspresi dan memang ada komunitasnya.

"Crossdressing belum tentu sungguh-sungguh transvetisme karena motif atau tujuan akhirnya kita tidak pernah tahu. Beberapa sudah 'coming out' dan beberapa ada yang memang didukung pasangannya, misal ke kondangan ya sama-sama pakai kebaya itu ada," kata Zoya di Jakarta, Selasa (15/10).

-
photo/Instagram/@sophie__sauvage

Penyimpangan perilaku seksual atau dalam istilah medis disebut paraphilia, salah satunya adalah transvetisme, yakni orang yang mendapat kepuasan dari berbusana atau berpenampilan seperti lawan jenis kelaminnya.

Kendati demikian, perilaku 'crossdressing' bisa jadi menyimpang jika pada akhirnya mendapatkan kepuasan tanpa hubungan seks dengan manusia. Penyebabnya, hampir sama seperti semua paraphilia yaitu trauma pada masa lalu.

"Bisa saja dikasarin sama lawan jenisnya. Jadi, dia merasa lebih nyaman dengan seksualitas lawan jenis dia," kata Zoya.

-
photo/Instagram/@jamie.ellie.mtf

Agar perilaku menyimpang tidak terjadi, menurut Zoya, sebaiknya para orang tua mengajarkan pendidikan seksual sejak dini sehingga anak akan nyaman dengan seksualitas dia.

"Organ intim harus disebut sesuai namanya, bukan disebut dengan sebutan yang aneh-aneh misal penis jadi burung atau payudara jadi tete," ujarnya.

-
photo/Flickr

Zoya menambahkan pendidikan seksual sejak dini itu bertujuan agar anak tidak menganggap seksualitas sebagai sesuatu yang aneh, menakutkan, atau bahkan tabu sehingga mesti ditutup-tutupi dengan penyebutan lain.

"Ketika anak tidak menganggap seksualitas sebagai hal aneh, dia akan nyaman dengan seksualitas dia dan tidak akan bereksperimen sendiri dengan seksualitasnya," kata dia.

-
REUTERS/Mario Anzunio

Sebagai informasi, beberapa pendapat menyebutkan bahwa 'crossdressing' merupakan bagian dari kebudayaan tertentu. Istilah 'crossdressing' ini tak sama dengan kondisi transgender. Seseorang yang melakukan 'crossdressing' ini pun dapat memiliki tujuan beragam dari sebagai penyamaran hingga sebagai hiburan atau ekspresi diri.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X