Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok mengaku belajar banyak hal saat berada dalam tahanan Mako Brimob selama dua tahun.
Ahok bersyukur bisa "bersekolah master" di Mako Brimob. Dia mengibaratkan Mako Brimob seperti sebuah kampus untuknya.
Saat masih menjadi pejabat negara, Ahok mengaku punya empati dan kemurahan hati. Namun, dia sadar tak memiliki kerendahan hati.
Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut merasa kesal jika seseorang mulai bersikap ngeyel terhadapnya. Kalau sudah sudah sampai titik itu, dia merasa sudah berada di posisi yang lebih tinggi.
"Artinya apa? Saya tidak memposisikan diri lebih rendah dari orang yang saya layani," ujar Ahok dalam vlog terbarunya saat menerima Roosseno Award.
Di dalam Mako Brimob, Ahok belajar tentang kesabaran. Dia belajar bagaimana membuka hati dan pikiran untuk bisa memaafkan meski dilakukan secara tidak adil.
"Kalau di dalam (tahanan) marah, sesak dada sama panas kepala. Jadi di dalam tak boleh marah, tak boleh benci orang," katanya.
Properti Paling Berharga
Pria berusia 53 itu juga mulai sadar pikiran adalah properti paling berharga dalam hidup. Dia menyebut, ketika seseorang membenci orang lain, maka properti tersebut sudah dikuasai.
"Makanya saya belajar, tidak rela properti yang paling berharga ini diisi orang lain," tutur anggota DPR RI tersebut.
Seperti diketahui, Ahok dihukum dua tahun penjara terkait kasus penistaan agama. Dia ditahan di Mako Brimob dan resmi bebas dari tahanan pada Januari 2019.