Tren Bencana Kekeringan 5 Tahun Terakhir di Indonesia

- Selasa, 23 Juli 2019 | 10:40 WIB
Petani menunjukkan tanaman padi miliknya yang rusak akibat kekeringan di Desa Pegagan, Kecamatan Terisi, Indramayu, Jawa Barat, Senin (15/7/2019) (ANTARA/Dedhez Anggara).
Petani menunjukkan tanaman padi miliknya yang rusak akibat kekeringan di Desa Pegagan, Kecamatan Terisi, Indramayu, Jawa Barat, Senin (15/7/2019) (ANTARA/Dedhez Anggara).

Sejumlah wilayah Indonesia tengah dilanda kekeringan karena kemarau panjang. Namun, itu bukanlah peristiwa baru karena krisis air sudah menjadi "langganan" di beberapa wilayah di Tanah Air. 

Fakta itu terungkap melalui data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 22 Juli 2019. Dalam lima tahun terakhir, tren bencana kekeringan fluktuatif jika menilik dampak di sektor pertanian. 

Dampak kekeringan paling parah terjadi pada 2015. BNPB mengungkapkan ada 244.861 hektar lahan petani gagal panen, atau disebut dengan istilah puso. 

Kemudian ada 38.124 hektar lahan puso pada 2014. Setelah mengalami lonjakkan 2015, data BNPB menyatakan dampak kekeringan mengalami penurunan ketika 2016 hingga tahun ini. 

"Tahun 2019 ada 20.269 hektar lahan puso berdasarkan data per 22 Juli 2019. Jumlah itu lebih sedikit dari 2018 (37.482 hektar), 2017 (28.025 hektar), serta 2016 (31.173 hektar)," terang BNPB dalam rilis yang diterima Indozone, Selasa (23/7/2019).

Sebanyak tujuh provinsi terdampak kekeringan di Indonesia sepanjang 2019, antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat (NTT), dan Nusa Tenggara Timur (NTT). 

BNBP kemudian merilis ada 1.676 desa atau kelurahan yang terdampak kekeringan dari total tujuh provinsi. NTT pun menjadi wilayah yang desanya paling banyak dihantam paceklik air, yakni 851. 

Solusi BNPB

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah membuat strategi penanganan bencana kemarau 2019.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo, menjelaskan dalam jangka pendek pihaknya sudah membuat strategi mengatasi bencana kekeringan, yakni dropping air bersih, menambah jumlah mobil tangki, dan menambah hidran umum.

Kemudian BNPB akan membuat sumur bor, dan hujan buatan, memberikan bantuan dana siap pakai hingga kampanye air bersih.

"Sebanyak 7.045.400 liter dropping air bersih telah diberikan ke tujuh Provinsi" katanya.

-
Petani mengumpulkan tanaman padi yang rusak untuk dijadikan pakan ternaknya di Desa Batujai, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah, NTB, Kamis (11/7/2019) (ANTARA/Ahmad Subaidi).

Selain jangka pendek BNPB juga membuat strategi penanganan jangka panjang. Seperti, revitalisasi Daerah ALiran Sungai (DAS), Danau, membuat embung dan sumur bor, juga membangun waduk.

Kemudian memanfaatkan air tanah, melakukan perbaikan saluran irigasi, membangun sarana air bersih atau pipanisasi dan bioporisasi.

"Kita juga memberikan bantuan bibit pohon bernilai ekonomis dan ekologis, seperti Pohon Sukun dan Pohon Aren" katanya.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X