Kisah tersebut berawal ketika anggota Aksi Cepat Tanggap (ACT) Munandar dan Tanzil melaksanakan roadshow di Aceh Selatan dan menghadirkan penceramah dari Palestina, Syekh Ibrahim As-Sumairi.

Syekh Ibrahim dijadwalkan ceramah di Masjid Agung Istiqamah, Tapaktuan, Aceh Selatan. Dalam roadshow tersebut, masyarakat diajak untuk berpartisipasi membantu Palestina.

Dalam roadshow tersebut, mereka juga menggalang donasi. Saat sedang menghitung hasil donasi tersebut, munandar menemukan sebuah amplop yang berisi sebuah surat dan kalung emas 13 gram 300 miligram. Namun, tidak dituliskan identitas pemiliknya.

Dalam surat tersebut, dituliskan bahwa sumbangan tersebut merupakan mahar yang diberikan oleh suaminya. Ia juga membolehkan emasnya tersebut diuangkan. Emas tersebut dibeli pada 23 Mei 2016 yang distempel atas nama Toko Mas Subur Baru Jalan Merdeka Nomor 46 Tapaktuan, Aceh Selatan.

Berikut isi suratnya:

"Assalamu’alaikum wr.wb, Selamat datang saudaraku dari negeri para nabi. Kisah Haji Usman, pengusaha batik di Yogyakarta, menginspirasi saya. Saat seseorang bertanya padanya bagaimana ia begitu mudah menginfakkan hartanya, begitu ringan dalam bersedekah, tidak cinta pada harta? Ia menjawab “sanking cintanya dan sayangnya saya sama harta, sampai-sampai saya tdk rela meninggalkan harta saya di dunia ini, saya tak mau berpisah dengannya meskipun saya mati.”

"Makanya, saya titip pada mesjid, pada anak yatim, ada madrasah, pada pesantren, pada pejuang dakwah, dan pada mereka yang membutuhkan"

"Karena itu, saya ingin menitipkan emas ini (mahar dari suami tercinta) untuk keperluan saudara-saudaraku di Palestina sana. Silahkan jika ingin ditukarkan dalam bentuk uang. Sampaikan salam saya kepada saudara-saudara di Palestina," tulis penyumbang tersebut.