PB IDI Jawab soal Penilaian APD Tenaga Kesehatan Tidak Sesuai Standar

- Sabtu, 18 April 2020 | 13:25 WIB
Petugas kesehatan menyampaikan pesan bersama dalam melawan virus corona di depan gedung Laboratorium Kesehatan Daerah Depok, Jawa Barat, Senin (6/4/2020). (INDOZONE/Arya Manggala)
Petugas kesehatan menyampaikan pesan bersama dalam melawan virus corona di depan gedung Laboratorium Kesehatan Daerah Depok, Jawa Barat, Senin (6/4/2020). (INDOZONE/Arya Manggala)

Sebagai garda terdepan dalam penanganan virus corona petugas kesehatan dikatakan sebagai kelompok yang berisiko tinggi tertular Covid-19

Kasus terbaru di Semarang, Jawa Tengah terdapat 46 tenaga kesehatan yang dikabarkan positif Covid-19. Arianti Anaya, Sekretaris Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyebut kalau banyak dari tenaga medis yang meninggal dunia karena tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) yang tidak sesuai standar.

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi memaparkan beberapa faktor mengapa angka penularan Covid-19 di kalangan tenaga kesehatan cenderung tinggi. 

"Sebenarnya pernyataan APD tidak sesuai standar harus dipastikan lagi. Apakah hasil investigasi atau bagaimana. Harus ada proses audit, APD yang tidak sesuai standart itu seperti apa," katanya kepada Indozone, Sabtu (18/4/2020). 

Menurutnya, APD tidak memenuhi standar bukanlah satu faktor yang menyebabkan tingginya kasus penularan terhadap tenaga kesehatan. PB IDI sempat melakukan survei awal terkait kondisi tenaga kesehatan di lapangan dan investigasi ini masih terus ditelaah lebih lanjut. 

-
Ilustrasi tenaga medis (Reuters)

"Problem yang kami temui itu bukan ketidak standaran APD. Tapi ketiadaan APD. Akhirnya teman-teman di lapangan memakai APD hasil improvisasi, seperti jas hujan, masker bedah biasa dan lain sebagainya," paparnya. 

Lalu berkaitan dengan frekuensi pelayanan. Keterbatasan petugas kesehatan membuat para tenaga kesehatan bekerja terus-menerus. 

"Petugas kesehatan terlalu banyak menangani pasien," tambahnya. 

Di sisi lain juga ditemukan beberapa faktor yang bersumber dari pasien itu sendiri. Kebanyakan pasien tidak mengetahui apakah dia ada riwayat kontak dengan pasien Covid-19 lain hingga ketidakjujuran pasien dengan kondisi kesehatannya. 

"Banyak ditemukan pasien tidak jujur sehingga dia tidak menyampaikan ke tenaga medis. Misalnya pasien sudah pernah ada indikasi PDP, terus periksa lagi di tempat lain, tapi pada saat berobat ke dokter dia tidak menyampaikan," tambahnya. 

"Ini harus dilihat lagi faktor-faktornya dan tidak cuma masalah standar APD, ada masalah standar pelayanan dan pasien tidak jujur dalam problem ini,"pungkasnya. 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X