Muak dengan Elit Politik, Ribuan Warga Irak Lakukan Aksi Protes

- Sabtu, 2 November 2019 | 13:38 WIB
REUTERS/Khalid al-Mousily
REUTERS/Khalid al-Mousily

Jumat (01/11), puluhan ribu orang Irak berbondong-bondong menuju Baghdad Tengah. Demo anti pemerintah ini menjadi demo terbesar sejak Saddam Hussein turun dari jabatannya.

Dalam aksi unjuk rasa tersebut, lima orang dilaporkan tewas terkena gas air mata yang disemprotkan oleh aparat kepolisian. Tak hanya itu, korban tersebut juga diserang dengan peluru karet saat tengah berkumpul di Bundaran Tahrir di ibu kota Irak. Selain lima korban meninggal dunia, terdapat juga 103 orang yang mengalami cedera.

-
REUTERS/Thaier Al-Sudani

Protes tersebut sebenarnya sudah berlangsung sejak satu bulan terakhir ini, dan telah menewaskan 250 orang. Namun beberapa hari belakangan ini, aksi protes semakin memanas. Demonstran yang melakukan aksi protes ini berasal dari berbagai lapisan etnik dan aliran di Irak. Para demonstran ini menolak kehadiran partai politik yang sudah berkuasa sejak tahun 2003.

Sebelum hari Jumat tiba, ribuan orang sudah berkumpul terlebih dahulu di bundaran. Lalu, pada hari Jumat, jumlah demonstran semakin meningkat. Para demonstran ini bahkan melaksanakan shalat bersama di jalan tersebut.

Hingga menjelang tengah hari, puluhan ribu demonstran itu masih berkumpul di bundaran. Mereka melakukan ini karena menilai bahwa para elit politik melakukan korupsi dan memiliki hubungan yang terikat dengan negara asing serta bertanggung jawab atas privatisasi.

-
REUTERS/Thaier Al-Sudani

Sampai siang hari, aksi unjuk rasa masih berlangsung kondusif. Namun pada malam hari, aksi protes berubah memanas usai aparat kepolisian menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk menyerang para pemuda yang mengakui dirinya sebagai "Revolusioner".

-
REUTERS/Thaier Al-Sudani

Aksi protes yang berakhir bentrokan antara demonstran dan aparat kepolisian terjadi di Jembatan Republik yang mengarah ke seberang Sungai Tigris menuju Zona Hijau tempat gedung pemerintah. Tempat ini bahkan mendapatkan penjagaan ketat dari polisi. Sedangkan para pemimpin yang menjadi sasaran aksi protes bersembunyi di dalam gedung dengan membawa hak istimewa.

"Setiap kali kami mencium kematian dari asap kalian, kami makin merindukan untuk menyeberangi jembatan republik kalian," tulis seseorang di tembok di dekat jembatan.

-
REUTERS/Thaier Al-Sudani

Amnesty International mengatakan pada Kamis (31/10) aparat polisi menggunakan tabung gas air mata "yang tak pernah dilihat sebelumnya" dengan model granat militer yang 10 kali lebih keras dibandingkan dengan tabung gas air mata standard.

"Kami bersifat damai tapi mereka menembaki kami. Kami ini apa, militer IS? Saya melihat seseorang tewas. Muka saya terkena tabung gas air mata," kata Barah (21), yang wajahnya dibalut perban.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X