Ngotot Jadi Capres, Airlangga Dinilai Harus Aktif di Medsos untuk Dongkrak Elektabilitas

- Senin, 22 Agustus 2022 | 23:55 WIB
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. (ANTARA/Galih Pradipta)
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. (ANTARA/Galih Pradipta)

Partai Golkar yang tergabung di dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama dengan PPP dan PAN, ngotot mencalonkan Ketumnya Airlangga Hartarto sebagai Calon Presiden (Capres). Lalu bagaimana peluangnya?

Direktur Riset SMRC Deni Irvani mengatakan, sejauh ini elektabilitas Airlangga belum maksimal jika ingin menjadi capres. Sehingga dibutuhkan usaha maksimal untuk mendongkraknya.

“Jika kita bicara Airlangga, sebagai Ketua Umum tentu punya basis pemilih partai yang cukup besar. Dari pemilu sebelumnya kan sekitar 12%, namun demikian, hal itu belum cukup untuk menjamin elektabilitas Pak Airlangga menjadi kompetitif,” ujar Deni kepada wartawan, Senin (22/8/2022).

Dalam survei yang digelar oleh SMRC, elektabilitas Airlangga disebut masih belum bersaing dengan kandidat lain. Padahal posisi Airlangga sangat strategis sebagai Ketua Umum Partai Golkar dan juga Menko Perekonomian RI.

Tren positif Airlangga yakni pada aspek kedikenalan yang mengalami peningkatan, dari 26% (Maret 2021) menjadi 38% (Agustus 2022). Dari yang tahu, hanya 61% yang suka. Kedisukaan Airlangga ini meningkat dari 48 persen pada Maret 2022.

Dengan aspek keterkenalan tokoh, Airlangga dalam hal ini, disebutkan masih dibawah 50% mesti didongkrak dengan komunikasi politik yang lebih intensif.

“Soal komunikasi politik, sosialisasi, disimpulkan belum efektif untuk menaikan elektabilitas. Awareness masih dibawah 50%. Nah apa yang harus dilakukan, sangat bervariasi, mulai dari penggunaan medsos harus dievaluasi dan strategi komunikasi,” terang Deni.

BACA JUGA: Tegaskan Usung Airlangga di Pilpres 2024, Golkar: Keputusan Munas 2019 dan Aspirasi Kader

Sementara itu, Pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) Suko Widodo menilai rendahnya elektabilitas dan popularitas ketua parpol lebih disebabkan oleh faktor kekurang-dekatan ketua parpol dengan rakyat. Hal itu berdampak pada kesan elitis dari masyarakat pada para ketua parpol.

“Sejauh ini, ketua parpol berlaku elitis dan kurang merakyat," tutur Suko.

Parpol juga dinilai belum berhasil mengubah persepsi negatif publik pada politik menjadi persepsi positif. Dalam pandangan Suko, pimpinan partai politik juga belum mampu membangun komunikasi politik yang apik dengan masyarakat.

Menurut Suko, popularitas dan elektabilitas personal dari ketua partai politik (parpol) tidak begitu penting ketika yang bersangkutan tidak hendak maju dalam kontestasi Pilpres 2024.

"Bagi ketua parpol yang tidak maju pilpres, elektabilitas tidak penting. Yang penting justru popularitas dan elektabilitas parpol," tandasnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X