Pertama Kumandang Azan di Kanada Pakai Pengeras Suara, Sewot Rasis Orang India Kena PHK

- Selasa, 12 Mei 2020 | 11:16 WIB
Brampton Makki Masjid, untuk pertama kali pengeras suara diizinkan untuk suara azan di Kanada. (yelp.ca)
Brampton Makki Masjid, untuk pertama kali pengeras suara diizinkan untuk suara azan di Kanada. (yelp.ca)

Akibat komentar kebenciannya terhadap Islam karena izinkan penggunaan pengeras suara kumandangkan azan, seorang pekerja India di PHK perusahan Kanada.

Ceritanya pada awal Ramadhan sejumlah kota di Kanada mengizinkan dikumandangkannya adzan menggunakan pengeras suara untuk pertama kali, hanya di waktu Magrib selama bulan Ramadhan. 

"Aturan terkait suara bising (di Kanada) awalnya disahkan pada tahun 1984 dan lonceng gereja dikecualikan dari aturan tersebut. Namun sekarang untuk semua keyakinian diizinkan pada waktu dan dengan intentitas tertentu," kata Patrick Brown, Wali Kota Brampton.

"Komunitas Muslim boleh adzan di saat matahari terbenam (Magrib) karena sekarang tahun 2020 dan kami memperlakukan semua keyakinian dengan setara#ramadan" tambah wali kota tersebut.

Tiba-tiba twit tersebut dibalas oleh seorang ekspat asal India. 

-

"Apa selanjutnya? Memisahkan jalur khusus untuk mengendfara untan dan kambing? Mengizinkan penyembelihan binatang di rumah dengan dalih pengorbanan? Membuat aturan wanita menutupi kepala sampai ujung kakinya? Hanya untuk mendapatkan suara dari mereka?" cuit Ravi Hooda pada akun Twitternya @ravihooda.

Ia lantas di-PHK dari perusahaan tempat kerjanya. Tidak hanya itu, dia dipecat pula sebagai anggota eksekutif komite sekolah.

"Islamophobia tidak bisa ditermima dan jelas-jelas melanggar aturan safe and accepting schools policy," tulis Peel District Shcool Borad menanggapi pemecatan tersebut.

Dalam sebuah pernyataan kepada CBC News, Hooda mengatakan komentarnya "tidak ditujukan kepada komunitas atau entitas tertentu, tetapi hanya upaya saya untuk menyatakan bahwa kita tidak boleh kembali ke masa di mana sarana komunikasi (Azan) seperti itu diperlukan.

"Sayangnya tweet saya salah ditafsirkan," katanya.

Hooda mengatakan dia telah menghapus twit-nya dan segera menyatakan satu lagi permintaan maaf "tanpa syarat," tetapi tindakan itu tidak mengubah apa pun termasuk keputusan pemecatannya.

Dia mengatakan dewan sekolah "secara sepihak" memutuskan twitnya diarahkan pada komunitas tertentu dan itu tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan dirinya sendiri sebelum mengeluarkannya dari jabatannya.

Halaman:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X