Pengamat: Prabowo Masuk Kabinet, Rusuh di Media Sosial Mereda

- Selasa, 22 Oktober 2019 | 15:14 WIB
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Pengamat media sosial dari lembaga konsultan Komunikonten, Hariqo Wibawa Satria, mengatakan pemberitaan terkait Prabowo Subianto masuk kabinet Joko Widodo-Ma'ruf Amin membuat 'perang' antar pendukung di media sosial berkurang berkurang.

"Tren penurunan sebenarnya dimulai sejak pertemuan Prabowo dan Jokowi di MRT pada 13 Juli 2019," kata Hariqo di Jakarta, Selasa (22/10).

Menurutnya, tren riuh tersebut juga semakin menurun ketika gerakan mahasiswa dan pelajar turun ke jalan pada 23-30 September 2019. Tren juga menurun ketika Prabowo kembali bertemu Joko Widodo pada 11 Oktober 2019. Kemudian, dilanjutkan pertemuan Prabowo dengan para pemimpin partai politik pendukung Jokowi saat Pemilu 2019.

-
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Hariqo mengatakan, situasi semakin kondusif dengan kehadiran Prabowo dan Sandiaga Uno saat pelantikan Joko Widodo-Ma'ruf Amin pada 20 Oktober 2019. Penurunan signifikan juga terjadi pada 14-21 Oktober dipicu kabar Prabowo Subianto dan Edhy Prabowo akan menjadi menteri di kabinet Jokowi-Ma'ruf.

Kendati demikian, Hariqo mengatakan di media sosial juga muncul tagar #MatikanTVSeharian yang dinilainya sebagai bentuk ketidaksukaan warganet terhadap inkosisten dari perkataan Jokowi maupun Prabowo selama masa kampanye.

Warganet seolah membaca situasi pra dan pasca kampanye Pilpres 2019, di mana isu radikalisme, komunisme, Pancasila, antikorupsi, keyakinan, suku, agama, oposisi, sumber daya alam, dan lainnya digunakan untuk memperkuat militansi para pendukung agar terus loyal hingga hari H pencoblosan.

-
ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

"Sehingga ada ungkapan, jika ujungnya hanya bagi-bagi kekuasaan, kenapa harus perang-perangan saat Pilpres," kata dia.

Bahkan, Hariqo tidak pernah terbayang jika Jokowi dan Prabowo akan berkoalisi. Selama ini seperti yang terlihat, keduanya dianggap bak minyak dan air.

Namun demikian, ada harapan bahwa pemerintahan akan semakin kuat, karena dua kekuatan dan pengaruh besar berkoalisi. Selain itu, pun pernah juga diwacanakan jika Jokowi dan Prabowo bersatu.

-
ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Di sisi lain, menurut Hariqo, juga ada kekhawatiran munculnya 'matahari kembar' serta potensi otoriter karena oposisi di parlemen hanya sedikit. Sementara itu, dia mengatakan dari banyak isu, penolakan terhadap revisi Undang-Undang (UU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan bahaya oligarki telah mempersatukan pendukung Jokowi dan Prabowo.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X