Wanita Diduga Teroris ISIS Ini Meledakkan Bom Bunuh Diri Bersama Bayinya di Tunisia

- Sabtu, 3 April 2021 | 09:38 WIB
Pengantin wanita yang dicurigai meledakkan dirinya dan bayinya saat pasukan mendekat di tempat persembunyian ISIS (Daily Star)
Pengantin wanita yang dicurigai meledakkan dirinya dan bayinya saat pasukan mendekat di tempat persembunyian ISIS (Daily Star)

Seorang ibu teroris ISIS dilaporkan meledakkan dirinya dan bayinya ketika pasukan keamanan mendekati tempat persembunyian mereka.

Pengantin wanita yang dicurigai jihadis menunjukkan sabuk bahan peledak setelah pasukan membunuh suaminya selama operasi kontraterorisme di provinsi pegunungan Tunisia, klaim pasukan keamanan, dikutip dari Daily Star.

Pasukan Tunisia sedang melacak kelompok ekstremis di daerah Gunung Salloum di provinsi Kasserine ketika mereka membunuh tersangka jihadi.

Istrinya kemudian meledakkan dirinya dengan mengaktifkan rompi bunuh diri, kata Kementerian Dalam Negeri dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Daily Star.

Laporan mengatakan ledakan itu membunuh bayinya yang dia pegang di pelukannya ketika dia meledakkan bahan peledak.

Putri sulungnya di tempat kejadian diyakini selamat.

Pihak berwenang mengatakan ini adalah pertama kalinya seorang wanita dilaporkan di antara para jihad yang mengungsi di daerah tersebut.

Kementerian itu mengatakan pada Kamis malam (1 Maret), pasukan keamanan membunuh seorang tersangka pemimpin brigade Jund Al Khilafa Tunisia dalam operasi kedua mereka di sekitar daerah Gunung Mghila.

Brigade yang berjanji setia kepada kelompok ISIS diyakini berada di balik beberapa serangan di Tunisia.

Berita itu muncul ketika para ahli mengeluarkan peringatan yang mengklaim Afrika menjadi garis depan baru dalam perang melawan ISIS setelah pertumpahan darah di Mozambik.

Serangan terbaru terhadap kontraktor asing yang berusaha melarikan diri dari kota Palma setelah diserang menewaskan sedikitnya 50 orang dengan Brit Phil Mawer di antara mereka yang hilang.

Setidaknya 13 negara di benua Afrika pernah mengalami serangan ISIS dalam beberapa waktu terakhir.

"Afrika akan menjadi medan pertempuran jihad selama 20 tahun ke depan dan akan menggantikan Timur Tengah," kata pakar jihad Olivier Guitta Prancis, dari Global Risk Consultancy memperingati.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X