DPR Minta Percepat Hilirisasi Industri Berbasis SDA

- Selasa, 10 Desember 2019 | 09:51 WIB
Suasana di gedung DPR. (Antara/Ismar Patrizki)
Suasana di gedung DPR. (Antara/Ismar Patrizki)

Anggota Komisi VI DPR RI, Amin Ak meminta Menteri Perindustrian untuk lebih serius terhadap hilirisasi industri berbasis sumber daya alam (SDA) dengan memaksimalkan peningkatan nilai tambah di dalam negeri, sehingga bisa mendongkrak kontribusi sektor manufaktur terhadap perekonomian nasional.

Kebijakan hilirisasi ini dinilai juga akan memperkuat daya saing dan struktur industri nasional, memperbesar penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan penerimaan devisa negara.

Wakil rakyat dari Fraksi PKS itu meyakini, hilirisasi industri berbasis SDA bakal mampu meminimalisir laju pelambatan ekonomi nasional. Jika pelambatan itu terus berlangsung maka dikhawatirkan Indonesia akan terkena imbas resesi yang bakal melanda dunia.

Bank Indonesia mencatat, Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) Indonesia selama periode Januari-Oktober 2019 tercatat mengalami defisit hingga US$1,79 miliar atau lebih dari Rp25 triliun. Selama periode tersebut, total ekspor mencapai US$139,1 miliar sementara impor masih lebih tinggi yakni US$140,89 miliar. Sehingga terjadi selisih sebesar US$1,78 miliar.

Sementara itu, defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III 2019, BI mencatat sebesar US$7,7 miliar atau 2,7 persen dari produk domestik bruto (PDB). Lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai US$8,2 miliar (2,9 persen dari PDB).

“Ada empat sektor industri berbasis SDA industri agro, industri maritim, industri kreatif dan digital serta industri pariwisata yang bisa menjadi prioritas. Dengan potensi SDA dan SDM yang dimiliki Indonesia jika industrinya kuat maka kita bisa bersaing di tingkat global,” ujar Amin dalam keterangan tertulisnya, Selasa (10/12). 

Kontribusi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan terhadap perekonomian nasional akan jauh meningkat jika hilirisasi industri agro dan maritim betul-betul digarap serius. Sehingga ekspor dari ketiga sektor tersebut didominasi oleh ekspor pengolahan seperti hilirisasi industri pengolahan kakao, karet, dan sawit, mapun pengolahan pangan.

“Dengan jumlah penduduk mencapai 265 juta jiwa, pasar dalam negeri pun sangat besar. Hilirisasi pada industri berbasis komoditas juga menjadi substitusi impor seperti coklat, susu ataupun pangan lainnya,” tegas Amin.

Demikian juga dengan industri makanan dan minuman di dalam negeri. Meskipun daya beli menurun, industri minuman masih bisa tumbuh 22 persen dan berhasil menyerap penanaman modal dalam negeri (PMDN) senilai Rp20 triliun dan PMA sejumlah US$687,91 juta.

Industri makanan dan minuman (mamin) terus menunjukkan daya saing dengan capaian ekspor yang menyentuh angka US$20 miliar hingga September 2019.

Amin juga meminta Kemenperin betul-betul merealisasikan hilirisasi industri pertambangan mineral dan batubara melalui industri pengolahan dan pemurnian atau smelter. Smelter merupakan industri padat energi dan padat modal, dan mampu menyerap banyak tenaga kerja.

“Penguatan inovasi dan teknologi serta hilirisasi industri berbasis SDA yang merupakan keunggulan komparatif Indonesia adalah kunci kebangkitan ekonomi nasional,” pungkasnya. 

Artikel Menarik Lainnya

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X