Tak Patuhi Harga, Kemenko Kemaritiman dan Investasi Ancam Cabut Izin Smelter Nikel

- Jumat, 24 Juli 2020 | 14:08 WIB
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak)
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak)

Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Kemaritiman dan Investasi melakukan koordinasi dengan sejumlah kementerian dan lembaga  (K/L) terkait penerapan dan pengawasan dalam proses transaksi jual beli bijih nikel dari penambang kepada smelter. Adapun KL yang terlibat ialah Kementerian Perdagangan, Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian, Kementerian BUMN, dan BKPM.

Deputi VI Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto mengatakan, Menko Luhut meminta seluruh pelaku usaha harus mematuhi Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2020 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral Logam dan Batubara. 

Aturan tersebut dibuat untuk memberikan keadilan terhadap penambang dengan smelter.

"Pemerintah di sini berposisi sebagai wasit, tidak akan berpihak kepada siapapun. Namun kami minta seluruh pelaku usaha, baik penambang maupun smelter, untuk patuh terhadap aturan yang sudah ditetapkan dan disepakati bersama. Kalau ada yang tidak mau patuh, pemerintah akan menyiapkan sanksi tegas mulai dari peringatan, pemotongan ekspor bahkan sampai pencabutan izin," kata Seto dalam keterangannya, Jakarta, (24/7/2020).

Seto menjelaskan, sanksi terhadap pihak-pihak yang tidak mematuhi aturan terkait Harga Patokan Mineral (HPM) bisa berupa peringatan tertulis, penghentian sementara kegiatan usaha atau pemotongan ekspor, hingga pencabutan Izin Usaha. 

Karenanya, pemberian sanksi harus didukung oleh seluruh K/L termasuk dari Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan.

"Tujuan penetapan aturan mengenai HPM sendiri adalah untuk menciptakan keseimbangan antara penambang dan pengusaha smelter, terutama mendorong good mining practices namun tetap menjaga daya saing industri hilirisasi di Indonesia. Selain itu juga untuk mengoptimalkan potensi pendapatan pajak di Indonesia," jelasnya.

Dia menerangkan, pengaturan tata niaga nikel domestik yang mengacu pada HPM tidak ditetapkan secara sepihak, karena merupakan hasil dari diskusi dan kesepakatan bersama dengan para pelaku usaha dan pemangku kebijakan sektor mineral, khususnya nikel

Adapun pihak yang terlibat di antaranya adalah penambang nikel yang diwakili Asosiasi Pengusaha Nikel Indonesia (APNI) serta perusahaan pertambangan dan perusahaan smelter yang diwakili Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I).

"Meskipun demikian, masih tetap ada praktik di lapangan yang berjalan tidak sesuai dengan aturan yang sudah disepakati tersebut. Mekanisme pasar tidak berjalan dengan baik meskipun relaksasi kebijakan ekspor sudah diberlakukan, karena harga bijih nikel domestik tetap rendah," ungkapnya.

Karena itu, lanjut Seto, Menko Luhut meminta terjalinnya koordinasi yang baik antara Kemenko Marves, Kementerian ESDM, Kemenperin serta BKPM melalui Satuan Tugas yang akan dibentuk untuk memastikan implementasi aturan mengenai HPM di lapangan. 

Satgas tersebut juga akan secara rutin mengevaluasi dan berwenang untuk memberi sanksi kepada pihak-pihak yang terbukti melanggar dan tidak mengikuti aturan.

“Pemerintah tidak akan berkompromi mengenai larangan ekspor bijih nikel. Hal itu merupakan amanat Undang-Undang. Keadilan harus ditegakkan baik kepada seluruh pelaku usaha, oleh karena itu kami minta semua pihak untuk patuh terhadap aturan. Hal ini saya kira sangat sederhana, sangat clear. Tinggal semua pihak mengeksekusi," tegas dia.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

X